Sabtu 22 Mar 2014 12:01 WIB

Ekspor Diharapkan Naik 4,1 Persen

Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan pertumbuhan ekspor 2014 mencapai 4,1 persen atau mencapai 190 miliar dolar AS. Pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mencapai target tersebut, termasuk dengan mendorong ekspor produk prospektif.

Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi menyatakan, ekspor nonminyak dan gas (nonmigas) diharapkan dapat mendukung nilai ekspor secara keseluruhan. Ekspor jenis ini ditargetkan dapat tumbuh sekitar 5,5-6,5 persen dengan nilai 158 miliar dolar AS-159 miliar dolar AS.

Dari angka tersebut, target ekspor kelompok produk utama mencapai 96,7 miliar dolar AS-97,7 miliar dolar AS atau tumbuh 5,5-6,5 persen. Produk itu, antara lain, minyak kelapa sawit (CPO) dan turunannya, tekstil dan produk tekstil, elektronik, karet dan produk karet, produk kayu, pulp dan furnitur, kimia, logam, mesin, makanan olahan, dan otomotif.

Sementara, pertumbuhan ekspor produk prospektif ditargetkan meningkat sembilan sampai 20 persen atau senilai 17,1 miliar dolar AS-17,3 miliar dolar AS. Kelompok produk prospektif, antara lain, alas kaki, perhiasan, produk plastik, udang, ikan dan produk ikan, kopi, serta kakao dan olahannya. Selain itu, juga kerajinan, rempah-rempah, serta kulit dan produk kulit.

Untuk meningkatkan ekspor, Kemendag telah menyusun lima strategi utama. Strategi itu, tutur dia, promosi, pengamanan perdagangan, peningkatan daya saing dengan regulasi dan fasilitas, peningkatan daya saing dengan hilirisasi dan subsitusi impor. Sedangkan, yang terakhir, peningkatan daya saing infrastruktur.

Strategi tersebut, menurut Lutfi, akan terus bersinergi dengan para pemangku kepentingan terkait. Baik pemerintah maupun asosiasi serta pelaku usaha. Hal itu dilakukan di tingkat pusat maupun daerah, serta termasuk perwakilan-perwakilan RI di luar negeri.

Pemerintah akan memprioritaskan pasar ekspor utama dan prospektif. Negara yang termasuk dalam pasar utama dipilih berdasarkan nilai dan pangsa pasar ekspor terbesar dari Indonesia. Sedangkan, yang prospektif dipilih berdasarkan nilai pertumbuhan ekspor yang tinggi serta nilai ekspor yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir.

Pasar ekspor utama dibagi atas 14 negara, yaitu Cina, Jepang, Korea Selatan, India, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Italia, Spanyol, dan Inggris. Sedangkan, pasar prospektif adalah Taiwan, Hong Kong, Turki, Myanmar, Kamboja, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Iran, Rusia, Ukraina, Brasil, Meksiko, Argentina, Peru, Cile, Australia, Afrika Selatan, Mesir, serta Nigeria.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi yakin, target ekspor tersebut dapat dicapai meskipun pada tahun lalu ekspor Indonesia mengalami penurunan. Pada 2013, ekspor keseluruhan hanya mencapai 182,6 miliar dolar AS atau menurun 3,9 persen dibandingkan 2012. Hal ini seiring dengan turunnya ekspor nonmigas sekitar dua persen mencapai 149,9 miliar dolar AS.

Menurut dia, hal yang sama tidak akan terjadi mengingat Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan perdagangan dunia mencapai 2,3 hingga 2,4 persen. Sementara, volume pertumbuhan perdagangan Indonesia bisa tumbuh hingga 20 persen. Lagi pula, pemberlakuan Undang-Undang Mineral dan Batu Bara (Minerba) ternyata tak seburuk yang diperkirakan. Meski ekspor minerba defisit, ekspor nonmigas secara total justru tumbuh optimal.

Selain itu, investasi, baik dalam negeri maupun asing yang berjalan semenjak 2012-2015, tahun ini sebagian sudah aktif memproduksi dan siap untuk diekspor. Ekonomi di negara tujuan ekspor, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Pakistan, pun diperkirakan juga mengalami pertumbuhan positif,” ujar dia.n ichsan emrald alamsyah ed: fitria andayani

Informasi dan berita lain selengkapnya sila dibaca di Republika, terimakasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement