Rabu 19 Feb 2014 09:31 WIB

PPP, Pemain Lama Incar Pemilih Baru

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Mansyur Faqih
Romahurmuziy
Romahurmuziy

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mencoba untuk 'kembali' pada pemilu 2014. Pada pesta demokrasi kali ini, partai berusia 41 tahun tersebut berupaya menjadi rumah besar bagi umat Islam Indonesia.  

Ini mengingat perolehan suara PPP yang belum signifikan sejak Reformasi berlangsung. Serta, terus menurunnya suara partai politik Islam di negara yang mayoritas Muslim.    

Berikut wawancara ROL dengan Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy. Ia mengungkapkan mengenai potensi partai Islam pada pemilu 2014 serta target suara baru yang akan dibidik untuk meningkatkan perolehan suara.  

Seperti apa persiapan PPP menghadapi Pemilu 2014? 

Dari segi keorganisasian, PPP sudah memantapkan struktur kepengurusan dari tingkat wilayah, daerah, cabang, hingga ranting. Di beberapa kabupaten yang memang menjadi basis utama PPP, persiapannya bahkan sudah sampai ke level anak ranting, yang terdiri dari RW-RW (rukun warga-red). Di sini bisa saya sebutkan contoh di antaranya seperti Kabupaten Tasikmalaya (Jabar), Kabupaten Situbondo (Jatim), dan beberapa kabupaten kota di Jateng.

Bagaimana strategi PPP pada pemilu kali ini?

Kepada seluruh struktur, DPP PPP telah menyampaikan tiga strategi pemenangan partai pada pemilu tahun ini. Yang pertama adalah berusaha semaksimal mungkin mempertahankan suara yang diperoleh PPP pada pemilu 2009.

Strategi kedua, kami akan merebut kembali daerah-daerah yang dulu pernah menjadi basis PPP. Kami beranggapan, masyarakat akan lebih mungkin melirik kembali partai yang pernah mereka pilih dulu, dibandingkan memberikan suaranya kepada partai yang belum pernah mereka pilih sama sekali.

Ketiga, PPP juga akan berkompetisi memenangkan suara dari kalangan pemilih muda. Berdasarkan survei internal kami, pemilih berusia 29 tahun ke bawah itu jumlahnya sekitar 40 persen dari total pemilih yang ada. Ini jelas sangat potensial sekali.

Karena itu, kami terus melakukan penetrasi kepada kelompok ini sesuai dengan lifestyle mereka. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi, karena menurut kami pemilih muda itu sangat peka dengan perkembangan gadget, media sosial, dan berbagai fungsi IT lainnya.

Bisa Anda gambarkan, bagaimana peluang PPP dalam merebut kembali kantong-kantong suara yang hilang?

Sebagai partai yang sudah bergelut di dunia politik selama 41 tahun, tentunya PPP sudah matang, ya. Dari dulu, partai ini sudah menjadi semacam rumah besar bagi politik Islam. Setidaknya, bila dilihat dari pengalaman historis tersebut, PPP mempunyai keuntungan untuk merebut kembali suara dari kalangan pemilih Muslim. Terlepas dari apa pun warna ideologi, mazhab, dan latar belakang ormas mereka.

Di samping itu, jumlah parpol yang ikut bertarung dalam pemilu 2014 semakin sedikit. Saya rasa ini juga akan menguntungkan PPP. Kami berharap, pemilih yang kecewa dengan partai pilihannya dulu, atau pun mereka yang parpolnya tidak lolos pada pemilu kali ini, bisa kembali ke PPP secara lebih alamiah.

Apa saja tantangan PPP dalam menghadapi pemilu 2014?

Menurut kami, tantangan yang paling berat itu adalah bagaimana mengembalikan kepercayaan publik kepada partai-partai Islam, termasuk PPP. Kenyataannya, dukungan masyarakat terhadap parpol yang mengusung platform Islam sebagai garis perjuangannya terus menunjukkan penurunan selama tiga pemilu terakhir di era reformasi. Yaitu, dari 39 persen pada pemilu 1999 jatuh menjadi 30 persen pada pemilu 2009.

Tantangan lain yang harus kami hadapi sekarang adalah semakin meningkatnya pragmatisme di kalangan pemilih. Ini terkonfirmasi dalam beberapa survei internal yang dilakukan PPP. Di situ ditemukan, masyarakat hari ini lebih cenderung melihat manfaat apa saja yang bisa mereka peroleh dari para calegnya, baik yang sifatnya instant mau pun bukan.

Fenomena semacam ini jarang sekali terungkap pada pemilu-pemilu sebelumnya. Akibatnya, caleg-caleg dengan wajah baru diprediksi bakal kesulitan bersaing dengan caleg-caleg incumbent.

Tantangan ketiga adalah melonggarnya ikatan-ikatan sosial antara patron dan client. Dulu, ketika arus informasi belum sederas sekarang, politisi sangat mengandalkan masukan dari para kiai, tetua adat, dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Kini, hubungan seperti itu sudah kian melonggar. Para politisi tidak begitu banyak lagi bertanya kepada para patron-nya tersebut.

Saya kira tantangan ini juga belum pernah muncul sebelumnya. Karena itu, kepiawaian para caleg mengartikulasikan strategi untuk memenangkan pemilu jelas sangat dibutuhkan.

Apa yang PPP lakukan untuk mengembalikan kepercayaan publik kepada parpol Islam? Adakah sesuatu yang bisa dibilang baru atau segar yang ditawarkan PPP pada pemilu tahun ini?

Dalam hal visi dan misi partai, tidak ada yang baru dari PPP. Partai ini dari dulu tetap konsisten menjadikan Islam sebagai garis perjuangannya. Sesuai cita-cita PPP, kami ingin mewujudkan masyarakat madani yang adil dan demokratis dalam bingkai NKRI di bawah naungan Allah SWT. Untuk itu, kami menekankan kepada seluruh caleg dan juru kampanye PPP agar benar-benar memahami hubungan antara kekuasaan dan agama.

Fungsi agama sebagai landasan kekuasaan menurut kami sangat penting. Ini diperlukan sebagai jaminan agar negara ini tidak tersesat. Sebaliknya, kekuasaan juga memiliki posisi penting untuk menjaga agama. Jadi, keduanya saling melengkapi sifatnya. Kami berpandangan, tidak ada jaminan parpol-parpol nasionalis dapat menjaga keberlangsungan agama di negara ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement