Selasa 28 Jan 2014 10:05 WIB

Dampak Membawa Anak ke Kantor Terhadap Karier

Rep: nora azizah/ Red: Endah Hapsari
Ibu membawa anak ke kantor/ilustrasi
Foto: straighterline.com
Ibu membawa anak ke kantor/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Meninggalkan anak di rumah tanpa pengasuh tentu merupakan hal yang berat, bahkan mustahil dilakukan oleh orang tua. Terlebih, ketika anak mereka masih belum cukup usia untuk mengurus dirinya. “Orang tua pasti gelisah memikirkan anaknya dan itu bisa menurunkan kinerjanya,” kata Ina Rizqie Amalia, professional coach dari International Coach Federation (ICF) Indonesia. Keadaan darurat seperti itu tentu harus dipertimbangkan pihak perusahaan.

Di Indonesia, belum banyak perusahaan yang memiliki fasilitas day care yang dikelola secara profesional. Padahal, keberadaannya akan sangat membantu karyawan yang mesti membawa anak ke kantor dengan berbagai alasan. Ketika tak ada fasilitas penitipan anak, perusahaan masih bisa membantu kar yawannya dengan mengizinkan mereka menggunakan ruangan lain khusus untuk anak-anak. Bila perlu, perusahaan juga dapat mengizinkan karyawan bekerja dari rumah dengan menggunakan teknologi yang ada.

Peraturan seperti itu memang belum jamak diterapkan. Padahal, dengan begitu, atasan masih dapat mengontrol pekerjaan anak buahnya dan pekerja tidak khawatir dengan kondisi anak. “Kebijakan ini bisa terealisasi dengan adanya kesepakatan bersama,” ujar Ina.

Ingin membawa anak ke kantor? Sebaiknya, lapor dulu secara lisan kepada atasan. Ikuti peraturan yang berlaku di tempat bekerja agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan akibat keberadaan buah hati di kantor. “Jangan lupa meminta konfirmasi ke bagian lainnya jika memang dipersyaratkan demikian,” kata Ina.

Membawa anak ke kantor sebetulnya ada dampak positifnya. Secara tidak langsung, akan tercipta suasan kekeluargaan di dalam kantor. Karyawan akan merasa nyaman sebab perusahaan mendukung dan menghargai peran mereka sebagai orang tua. Sisi negatifnya juga ada. Orang tua mungkin saja tidak dapat konsentrasi penuh dengan pekerjaan karena pikirannya terbelah, antara pekerjaan dan mengurus anak. “Tetapi, hal ini bisa diatasi bila menempatkan diri dengan benar,” komentar Ina.

Kemungkinan lain, keberadaan anak da pat mengganggu karyawan lain yang be kerja di ruangan yang sama. Si kecil nan lincah bisa saja merengek dan membuat riuh ruangan. Polahnya bisa merusak konsentrasi kerja. “Kita tak bisa menyalahkan anak yang rewel saat di bawa ke kantor,” ucap Ina.

Orang tua harus mengantisipasi segala kemungkinan. Un tuk itu, sertakan makan an kesukaan, mainan edukatif, buku gambar lengkap alat tulisnya, atau buku bacaan yang bisa mengalihkan perhatian si kecil dari hal yang membuatnya gusar. “Kalau anak sudah sangat rewel, karyawan bisa mendiskusikan kesulitannya dengan atasan, baik untuk mengantongi izin be kerja dari rumah atau mengambil cuti beberapa hari sampai mendapatkan pengasuh,” papar Ina.

Bagaimana jika orang tua harus menghadiri rapat, sementara anak ikut ke kantor? Mintalah bantuan rekan kerja untuk mendampingi si kecil saat Anda rapat. “Itu pilihan terakhir jika keluarga memang tak ada yang bisa menjaga ananda di rumah,” ujar Ina.

Untuk menjaga profesionalisme, karyawan sebaiknya tidak terlalu sering membawa anak ke kantor. Dalam kondisi tertentu, misalnya, pada hari Sabtu saat suasana kantor lebih santai, orang tua bisa membawa anaknya. “Kalau benarbe nar tidak bisa meninggalkan anak, carilah solusi yang adil untuk kedua belah pi hak dalam menemukan titik penyelesaiannya,” kata Ina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement