Jumat 24 Jan 2014 05:57 WIB
AS-Iran

Rouhani: Iran-AS Bisa Bersahabat

Barack Obama dan Hassan Rouhani
Foto: telegraph.co.uk
Barack Obama dan Hassan Rouhani

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dessy Suciati Saputri

Tak ada permusuhan yang abadi, demikian pula tak ada persahabatan yang abadi. Karena itu, permusuhan harus diubah agar menjadi persahabatan.

Adalah Presiden Iran, Hassan Rouhani, yang melontarkan kata-kata bijak itu. Pernyataan itu disampaikan dalam wawancara khusus dengan televisi Swiss, RTS, Rabu (22/1), tak lama setelah tiba di Davos untuk menghadiri Forum Ekonomi Dunia.

Rouhani menjawab dengan kalimat tersebut ketika sang pewawancara menanyakan sejauh mana kemungkinan Pemerintah Amerika Serikat (AS) membuka kembali kedutaan besarnya di Teheran.  ''Sangat mungkin permusuhan selama lebih dari tiga dekade antara Iran dan AS akan berubah menjadi persahabatan,'' kata Rouhani yang tiba di Davos bersama Menlu Iran Muhammad Javad Zarif.

Hanya saja, lanjut ulama moderat yang dilantik menjadi presiden pada Agustus lalu itu, hubungan persahabatan Iran-AS bisa terwujud bila kedua belah pihak sama-sama mengupayakannya. Diakui Rouhani, hubungan Teheran dan Washington selama ini sangatlah sulit. Namun, ia yakin, dengan upaya sungguh-sungguh dari kedua belah pihak,  masalah dapat diatasi.

 

"Upaya ini diperlukan untuk menciptakan kepercayaan dari kedua belah pihak. Iran sebenarnya telah membuka diri demi perdamaian dan membuka persahabatan dengan seluruh negara di dunia serta menginginkan terciptanya hubungan baik dengan semua negara.''

Sejak dipimpin oleh Rouhani, Iran menampilkan diri sebagai negara yang lebih moderat dibanding sebelumnya. Berulang kali Rouhani menyatakan, negaranya siap bersikap lebih lunak dan terbuka dengan Barat, termasuk AS. Kesediaan Iran untuk merundingkan program nuklirnya dengan enam negara besar dunia yakni AS, Rusia, Inggris, Prancis, Cina, dan Jerman, menunjukkan bahwa apa yang dikatakan Rouhani bukan sekadar omong kosong.

Berdasarkan kesepakatan yang lahir dari perundingan nuklir itu, Iran pun sejak Senin (20/1) menghentikan aktivitas pengayaaan uranium 20 persennya. Sementara AS dan UE memenuhi janjinya untuk mulai melonggarkan sanksi ekonomi atas Iran.

Selama berada di Davos, seperti dilansir Reuters, Rouhani dijadwalkan menyampaikan pidato dan mengadakan pertemuan dengan para petinggi perusahaan minyak raksasa dunia seperti Eni, BP, Total, dan Shell. Iran ingin, raksasa-raksasa minyak itu menghidupkan kembali ladang-ladang minyak mereka yang lama terbengkalai dan membangun ladang-ladang minyak yang baru.

Begitu sanksi ekonomi dicabut, Teheran berencana membuat lagi kontrak investasi  dengan perusahaan-perusahaan minyak itu. Para pejabat Iran mengatakan, negaranya dapat meningkatkan produksi minyak hingga empat juta barel per hari dalam waktu enam bulan sejak sanksi dicabut. n ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement