Sabtu 18 Jan 2014 08:32 WIB
Penyadapan Telepon dan SMS

NSA Sadap 200 Juta SMS Per Hari

Mata-mata dan penyadapan arus data dan komunikasi (Ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA.CO.ID
Mata-mata dan penyadapan arus data dan komunikasi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Lagi, perilaku buruk Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) terungkap. Lembaga Intelijen AS ini dikabarkan mengumpulkan dan menyadap sekitar 200 juta teks layanan pesan singkat (SMS) per hari dari seluruh dunia.

Adalah surat kabar terbitan Inggris, the Guardian, yang melaporkan hal tersebut, Kamis (16/1). Laporan itu dibuat berdasarkan kesaksian mantan kontraktor NSA, Edward Snowden.

Disebutkan oleh Guardian, pesan-pesan singkat yang dikumpulkan NSA tersebut kebanyakan berisi tentang rencana perjalanan orang, nomor telepon, serta data transaksi kartu kredit di seluruh dunia. “Pengumpulan ratusan juta SMS ini menyiratkan makna, NSA memang mampu melakukan apa saja,” tulis harian ini.

Melalui penyadapan SMS ini, Guardian melanjutkan, NSA memperluas jangkauan intelijennya. Diyakini, NSA telah menggunakan database pesan singkat yang begitu luas untuk mengintai informasi tentang perjalanan orang lain, transaksi keuangan, daftar nomor telepon, dan banyak lainnya. Sayangnya, tak ada yang mencurigai aksi ilegal itu. “Dan, intelijen Inggris memiliki akses ke sebagian informasi tersebut.”

Kepada BBC, NSA membantah bahwa apa yang dilakukannya merupakan tindakan ilegal. Lembaga ini menegaskan, pengumpulan data SMS itu sesuai hukum. “Kesan bahwa pengumpulan data NSA adalah sebuah pelanggaran dan tidak terbatas itu salah,” demikian NSA dalam pernyataannya.

Terkait dugaan penyadapan dan pengumpulan ratusan juta teks pesan singkat tersebut, NSA juga mengatakan, terkadang hal itu terjadi secara tak sengaja. Dikatakan, data-data tersebut terkumpul secara kebetulan, terhimpun dalam misi intelijen asing NSA yang mengawasi perlindungan privasi terhadap warga negara AS.

“NSA pun aktif bekerja untuk menghapus data-data asing, data-data terkait warga negara asing yang tak bersalah. Proses penghapusan ini kami lakukan secepat mungkin.”

Selain itu, Presiden AS Barack Obama pada Jumat (17/1) dijadwalkan mengumumkan kebijakan baru terkait program pengintaian elektronik AS. Perubahan kebijakan ini dibuat setelah Obama berkonsultasi dengan sejumlah pihak di AS yang berkaitan dengan masalah intelijen. Obama dilaporkan telah memberitahu Perdana Menteri Inggris David Cameron mengenai kebijakan baru itu.

Sebelumnya, sempat muncul laporan bahwa dalam kebijakan baru tersebut Obama akan membatasi dan mengendalikan aktivitas intelijen NSA, termasuk dalam mengintai para pemimpin negara lain. Belakangan ini, AS dikecam oleh banyak negara di dunia, termasuk para sekutunya, akibat aktivitas intelijen NSA yang dinilai keterlaluan.

Berdasarkan informasi yang dibocorkan oleh Snowden, NSA menyadap komunikasi, baik melalui ponsel ataupun e-mail, sejumlah pemimpin dunia, di antaranya Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Brasil Dilma Rousseff. n alicia saqina/ap/reuters ed: wachidah handasah 

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement