Rabu 15 Jan 2014 10:18 WIB

'Lembaga Pendidikan Masih Berkutat pada Teori'

UII
UII

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Nasionalisme, nilai-nilai moral, dan pendidikan karakter sampai saat ini dinilai hanya terpaku pada teori dan belum beranjak ke ranah implementasi. Demikian dikatakan Rektor Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Edy Suandi Hamid.

Kondisi itu pada akhirnya mengantarkan produk pendidikan pada degradasi moral yang sangat memprihatinkan.

Pemangku pendidikan belum mampu menginternalisasi pendidikan karakter sebagai arus utama dalam prosesnya, sehingga lulusannya tidak berkualitas, kata Edy, sebagaimana dikutip Antara, akhir pekan lalu.

Menurut dia, berdasarkan data 2010-2013, telah terjadi 826 aksi kekerasan yang melibatkan pelajar. Sedangkan, hingga 2013 ada 18 orang berlatar belakang akademisi yang terkena kasus korupsi. Kerugian negara dari sektor pendidikan yang dikorupsi berjumlah Rp 617,8 milliar.

Kondisi itu seolah kian mempertegas bahwa lembaga pendidikan telah kehilangan semangat aktualisasi visi dan misi pendidikan. Khususnya, dalam hal ikut serta mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, Edy menambahkan.

Oleh karena itu, kata dia, perlu ada langkah solutif untuk menyelesaikan krisis pendidikan saat ini. Salah satunya dengan mengembalikan roh pendidikan karakter yang selama ini seakan hilang dari dunia pendidikan Tanah Air.

Pendidikan karakter, menurutnya, penting dijadikan basis utama penyelenggaraan pendidikan. Sebab, secara teori ia merupakan pengintegrasian antara kecerdasan intelektual dan akhlak mulia.

Karenanya, Edy mengatakan, pembelajaran karakter kebangsaan perlu terus dilakukan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Akan tetapi, penanaman pendidikan karakter tidak dapat dilakukan seperti mentransfer ilmu pengetahuan.

Diperlukan bimbingan, keteladanan, pembiasaan, atau pembudayaan. Ini juga perlu ditunjang iklim lingkungan yang kondusif, baik dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement