Rabu 08 Jan 2014 07:18 WIB
Peralihan Terminal Lebak Bulus

Waktu Penundaan Penutupan Lebak Bulus tak Jelas

  Ratusan sopir, kernet dan pedagang kaki lima sekitar terminal Lebak Bulus, Jakarta, Senin (6/1), melakukan aksi unjuk rasa menolak penutupan terminal.   (Republika/Yasin Habibi)
Ratusan sopir, kernet dan pedagang kaki lima sekitar terminal Lebak Bulus, Jakarta, Senin (6/1), melakukan aksi unjuk rasa menolak penutupan terminal. (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana penutupan Terminal Lebak Bulus dari layanan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) batal dilaksanakan hari ini. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, pemerintah provinsi (pemprov) terpaksa menunda penutupan karena kurangnya sosialisasi.

“Ini ditunda supaya bisa memberikan penjelasan lebih konkret pada semua yang ada di sana, mulai dari sopir, pengusaha otobus, kernet, pedagang, calo, preman, ormas, hingga kuli panggul,” kata Jokowi, Selasa (7/1).

Ia pun tak mau menyebutkan jangka waktu penundaan tersebut akan berlangsung. Dia hanya mengatakan, penutupan terminal dari layanan AKAP akan dilakukan begitu diperlukan. “Pokoknya sampai harus dibongkar,” kata dia.

Menurut mantan wali kota Solo tersebut, penundaan itu tidak akan berpengaruh pada pembangunan proyek mass rapid transit (MRT). Sebab, begitu pembangunan MRT mengharuskan adanya pembongkaran, saat itu juga akan dilakukan.

“Ini ditunda, tapi tidak mundur. Sebab, sekali mundur, biaya akan semakin mahal,” ujar dia. Pembangunan fisik MRT pun, menurut dia, tak bisa ditunda-tunda lagi. Karena itu, Pemprov DKI tak bisa menuruti keinginan sopir yang meminta penutupan layanan bus AKAP di Terminal Lebak Bulus ditunda hingga Idul Fitri.

“Ini sudah final. MRT tidak bisa mundur-mundur lagi dari target. Ini saja sudah 25 tahun terlambat,” tegas Jokowi di Balai Kota, Selasa (7/1).

Menurut Jokowi, apabila pembangunan MRT tertunda karena ada penolakan sopir, biaya konstruksinya akan semakin mahal. Karena itu, ia berharap, semua pihak yang ada di Terminal Lebak Bulus dapat mengerti bahwa penutupan terminal untuk kepentingan masyarakat yang lebih besar.

Direktur PT MRT Jakarta Dono Boestami mengatakan, penundaan penutupan terminal dari layanan bus AKAP belum mengganggu proses konstruksi. Namun, selama terminal belum ditutup, kata dia, pihaknya akan melakukan persiapan pembangunan. “Kita lakukan pekerjaan lain yang bisa kita lakukan,” kata Dono.

boks

Terminal AKAP Sepi Penumpang

Terminal Lebak Bulus pun kembali beroperasi normal pada Selasa (7/1). Bus antarkota pun memadati area tersebut kendati penumpang tak terlampau ramai.

Sutiyani (41 tahun), karyawan Perusahaan Otobus (PO) Dedy Jaya jurusan Perwokerto-Pekalongan, mengatakan, mendapat informasi masih dibukanya terminal sejak Senin (6/1) malam. “Namun, masih banyak penumpang yang belum tahu. Hal ini berimbas pada jumlah penumpang yang lebih sedikit,” ungkap Sutiyani.

Sejak pagi hari, ia baru mendapat satu penumpang menuju Pekalongan. Meski demikian, ia tetap memberangkatkan bus dan menunggu sampai batas minimal lima orang dalam satu keberangkatan.

Biasanya, bus akan berangkat dengan penumpang 20 orang dalam satu bus. Namun, dengan kondisi penumpang yang sepi, mau tak mau bus tetap berangkat dengan jumlah penumpang minimal.

Hal tersebut terjadi pula di bus Aneka Jaya jurusan Pacitan. Iwan (38), PO Aneka Jaya, menilai, masih banyak penumpang yang ragu untuk naik bus jurusan antarkota tersebut. Sepinya penumpang ternyata berimbas juga pada kenaikan tarif. Dodi (20), salah satu penumpang bus jurusan Pekalongan, mengaku harus membayar tarif dua kali lipat untuk menaiki bus yang biasa ia naiki itu.

Ia mengaku, biasanya bus AC jurusan Pekalongan hanya menarik tarif Rp 60 ribu. “Sekarang malah jadi Rp 135 ribu,” katanya. Dodi mengatakan, sering naik bus tersebut dari Terminal Lebak Bulus. Meski nantinya terminal bus AKAP dipindah, ia berharap ada perbaikan pelayanan.

Keputusan penutupan Terminal Lebak Bulus untuk pembangunan MRT telah disepakati sejak 2012. Rapat yang mengajak berbagai pemangku kepentingan pun sudah digelar empat kali.

Ketua Koperasi Karyawan Bus Antarkota Sumardi berharap, tidak ada kesimpangsiuran terkait penutupan terminal ini. Selama empat kali rapat, Sumarno mengaku tidak pernah mendapatkan jawaban final atas pemindahan bus tersebut.

“Banyak orang bilang kalau penghuni Terminal Lebak Bulus ini ngeyel dan nggak bisa diatur. Padahal, kami malah belum bertemu dan terima jawaban langsung dari kepala Dishub,” katanya. Meski demikian, ia mengaku sudah ada pemberitahuan perihal penutupan terminal bagi bus AKAP pada awal 2014.

Pelimpahan bus dari Terminal Lebak Bulus ke berbagai terminal di wilayah DKI pun otomatis tertunda. Bus-bus antarkota yang sedianya sudah tidak lagi menggunakan Terminal Lebak Bulus pun kembali ke tempat semula.

Belum ada bus yang secara sukarela direlokasi ke terminal lain. “Terminal Kali Deres tidak mengalami tambahan bus,” kata Joko Sukarno, kepala Terminal Kali Deres, Selasa (7/1). Setiap harinya, Terminal Kali Deres bisa kedatangan 600 sampai 700 orang penumpang. n c01/c40/mg30 ed: wulan tunjung palupi 

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement