Jumat 20 Dec 2013 23:59 WIB

Indonesia Miliki Potensi Pasok Pakar Software Dunia

Kode pemrograman software (Ilustrasi)
Foto: websoftwareqa.com
Kode pemrograman software (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGTYAKARTA -- Indonesia memiliki potensi besar sebagai penyedia pakar peranti lunak atau software engineer  bagi industri perangkat lunak dunia. Pernyataan itu disampaikan dosen Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Beni Suranto.

"Software engineer adalah mereka yang menggunakan pengetahuan, keterampilan, metode, teknik, dan standar di bidang 'software engineering' secara profesional untuk menghasilkan perangkat lunak dengan kualitas tinggi sebagai sebuah solusi bagi permasalahan tertentu," katanya di Yogyakarta, Jumat (20/12).

Namun, kata dia, saat ini Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain. Indonesia kalah jauh dibandingkan dengan India yang oleh Majalah Computer World diprediksiakan mampu menghasilkan "software engineer" lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat pada 2017.

"Kualitas pembelajaran materi yang terkait dengan bidang 'software engineering' di tingkat perguruan tinggi memiliki peran yang signifikan sebagai salah satu faktor kesuksesan dalam menghasilkan tenaga yang unggul," katanya.

Menurut dia, salah satu cara untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran materi adalah dengan menerapkan strategi Student-Centered Learning (SCL).

SCL dipilih karena metode itu mampu menghasilkan suasana pembelajaran yang dinamis dan memotivasi mahasiswa untuk aktif berpartisipasi dan berkontribusi selama proses pembelajaran.

Softskill Penting

"Hal itu penting karena seorang 'software engineer' bukan hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis (hardskills) saja, tetapi juga harus memiliki 'softskills' yang cukup," katanya.

Dengan SCL, kata dia, mahasiswa dapat melakukan aktivitas yang dapat memancing daya kreasi, menimbulkan keberanian untuk menyampaikan ide dan gagasan, memupuk jiwa kepemimpinan, melatih keterampilan berkomunikasi, dan kerja sama.

Ia mengatakan hal itu sangat penting mengingat pada praktiknya, seorang pakar rekayasa software idak hanya dituntut untuk bisa membuat desain "software", menghasilkan kode program maupun melakukan pengujian terhadap "software".

"Seorang 'software engineer' profesional juga harus mampu memimpin tim pengembang 'software', berkomunikasi secara efektif dengan 'customer', bekerja sama dengan pakar lain dalam sebuah tim maupun sekadar menyampaikan ide dalam sebuah pertemuan tim pengembang," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement