Rabu 11 Dec 2013 05:47 WIB
Kinerja Pertamina

Pertamina Segera Bangun Kompleks Petrokimia

Petrokimia sebagai bahan dasar industri plastik
Foto: Yudhi Mahatma/Antara
Petrokimia sebagai bahan dasar industri plastik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) dan PTT Global Chemical Public Company Limited (PTTGC) segera memulai studi kelayakan pembangunan kompleks petrokimia kelas dunia di Indonesia. Kompleks ini ditargetkan beroperasi secara komersial pada 2018.

VP Corporate Communication Ali Mundakir menyatakan, Pertamina dan produsen petrokimia terkemuka di Thailand tersebut menargetkan studi kelayakan tuntas pada kuartal II 2014. Selain membentuk perusahaan patungan yang akan menggarap kompleks petrokimia, dalam waktu dekat Pertamina dan PTTGC juga akan membentuk perusahaan patungan untuk memasarkan dan mendistribusikan produk polimer kedua perusahaan di Indonesia.

“Pertamina dan PTTGC telah menuntaskan survei pasar polimer Indonesia melalui kegiatan distribusi dan pemasaran,” katanya, Selasa (10/12). Keduanya juga telah memutuskan konfigurasi awal kompleks petrokimia dan kajian teknis terhadap ruang lingkup investasi.

Kedua perusahaan pun telah mencapai kesepahaman dalam beberapa hal lain, seperti tujuan dan sasaran proyek, model investasi, dan spesifikasi lahan. Ini termasuk juga kekuatan dari pihak masing-masing yang dapat meningkatkan daya saing perusahaan patungan yang akan dibentuk. Keputusan akhir investasi ditargetkan bisa ditetapkan pada 2015.

Kerja sama ini, menurutnya, penting karena permintaan produk-produk petrokimia domestik diperkirakan akan meningkat seiring dengan tren positif pada sektor manufaktur. Nilai pasar petrokimia Indonesia diperkirakan mencapai 30 miliar dolar AS pada 2018.

Perusahaan patungan ini menargetkan bisa menguasai 30 persen pangsa pasar setelah kompleks petrokimia tersebut beroperasi secara komersial. Saat ini, produksi produk petrokimia di Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan industri hilirnya. Sehingga, menyebabkan terjadinya impor dengan perkiraan nilai lima miliar dolar AS per tahun.

Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan mengatakan, kesepakatan tersebut merupakan bukti konkret dari komitmen Pertamina terhadap rencana kolaborasi dan investasi yang mendapatkan prioritas utama perusahaan. Proyek ini merepresentasikan tonggak penting bagi strategi pengembangan bisnis hilir petrokimia Pertamina.

Oleh karena itu, Pertamina menghadirkan kondisi investasi yang terbaik untuk dikaji lebih jauh, seperti lokasi proyek yang dapat memberikan daya saing secara ekonomi kepada proyek. Hal ini dilakukan melalui pengintegrasian dengan kilang, ketahanan pasokan, dan infrastruktur dasar yang mendukung.

“Kami gembira bisa bekerja sama dengan PTTGC yang memiliki pengalaman komprehensif dan telah meraih banyak kesuksesan dalam bisnis kimia. Keahlian dan kapabilitas PTTGC serta kesamaan kultur di antara kedua perusahaan merupakan hal paling berharga untuk kerja sama tersebut,” katanya.

President and CEO of PTTGC Bowon Vongsinudom mengatakan, perseroan telah bekerja keras untuk menyelesaikan studi awal dari proyek ini. Kompleks petrokimia itu akan termasuk di dalamnya unit cracker dan bisnis hilir terintegrasi lainnya. Ini untuk dapat menghasilkan nilai tambah melalui berbagai sinergi dan integrasi bisnis pada lokasi yang akan dipilih. Dengan begitu keekonomian dan daya saing proyek terjamin. n aldian wahyu ramadhan ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement