Ahad 24 Nov 2013 01:55 WIB

Penyebab Homo dan Lesbi, Lingkungan Lebih Bahaya dari Hormon

Rep: Susie Evidia/ Red: A.Syalaby Ichsan
Lesbian dan homo. (ilustrasi)
Foto: www.insan-awam.blogspot.com
Lesbian dan homo. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Hati Lusi Triyani gundah. Beberapa bulan belakangan ini ia banyak menangani klien berkaitan penyimpangan seksual. Mereka menyukai sesama jenis, homoseksual (sesama pria.red), dan lesbian (sesama perempuan.red). 

Usia para klien itu beragam, mulai pelajar, dewasa, hingga ibu rumah tangga. ''Penyebabnya, karena faktor lingkungan,'' kata psikolog dari Bandung ini dalam perbincangan dengan Republika seputar 'orientasi seks yang lurus'.

Penyimpangan seksual, ungkap Lusi, bisa terjadi karena faktor hormonal, dan lingkungan. Faktor hormonal dari dalam tubuh yang dampaknya sangat berpengaruh terhadap fisik, perilaku, dan seks seseorang. Makanya, jika pria didominasi hormon perempuan perilakunya menjadi lebih perempuan. Begitu pula sebaliknya.

Namun, penyimpangan yang terjadi akibat faktor lingkungan secara kasat mata lebih sulit diketahui. Sebab, tidak ada perubahan fisik sehingga tidak bisa ditebak apakah seseorang itu menyimpang, atau tidak.

"Faktor lingkungan lebih berbahaya dibandingkan hormon. Pengaruh lingkungan lebih cepat, di mana seorang yang sedang drop, tidak didukung norma, dan nilai-nilai agama yang kuat bisa terjerumus akibat sentuhan orang sejenis yang menyimpang,'' papar lulusan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung ini.

Apa yang bisa membengkokkan orientasi seks? Pada kasus remaja, Lusi menyebut pada umumnya karena patah hati dan rumah tangga berantakan. Ketika kekasih yang dicintai meninggalkannya membuat anak terpuruk. Demikian juga dengan anak-anak yang kesepian karena orangtua sibuk.

Ketika ada `seseorang' (sejenis, red) yang mampu menggantikan kesendirian tersebut bisa membuatnya tertarik. Karena orang tersebut sangat mengerti kebutuhan, keinginan, kelemahan, termasuk titik-titik sensitif yang bisa membangkitkan gairah seks seseorang.

"Anak-anak yang terjerat merasakan kenikmatan tersebut pada akhirnya akan ketagihan. Orang itu pun memengaruhi bahwa hubungan sejenis aman, tidak menyebabkan hamil, akibatnya mereka `kena' sebagai homoseks, atau lesbian,'' tutur Lusi prihatin.

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement