Selasa 29 Oct 2013 08:37 WIB
Elektabilitas Aburizal Bakrie

Partai Golkar Perlu 'Magnet Baru'

Ketua Umum Partai Golkar, Abu Rizal Bakrie.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Umum Partai Golkar, Abu Rizal Bakrie.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Partai Golkar dinilai membutuhkan magnet baru selain Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) untuk menaikkan elektabilitas partai. Magnet baru itu bisa diambil dari tokoh muda potensial yang ada di internal Golkar.

“Kalau Golkar ingin menyempurnakan potensi elektabilitas partainya maka harus diimbangi 'magnet baru',” kata pengamat politik dari Pol Tracking Institute, Hanta Yunda, ketika dihubungi Republika, Senin (28/10).

Hanta mengatakan, figur Ical sebagai capres Golkar kurang mampu mendongkrak elektabilitas partai. Hal ini terlihat dari sejumlah hasil survei yang mulai menempatkan PDI Perjuangan sebagai partai dengan elektabilitas tertinggi. “Karena, sekarang elektabilitas Golkar ada di bawah PDI Perjuangan,” ujarnya.

Keberhasilan PDI Perjuangan mengungguli elektabilitas Golkar tak lepas dari strategi mereka memunculkan tokoh potensial, seperti Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Langkah ini, menurut Hanta, patut ditiru Golkar jika tidak ingin suaranya terpuruk di Pemilu Legislatif 2014. Hanta mengatakan, saat ini masih sangat relevan bagi Golkar memunculkan capres alternatif di luar Ical. “Masih relevan meskipun sulit untuk Partai Golkar,” katanya.

Dengan pengalaman panjang yang dimiliki Golkar, Hanta menyarankan Golkar kembali menggelar konvensi capres. Menurutnya, ide konvensi akan mendorong gairah kerja yang lebih optimal di kalangan kader daerah untuk memenangkan Golkar.

Hal ini karena para kader memiliki kepentingan untuk mengusung kandidat capres yang menurut mereka potensial. Di sisi lain, ide konvensi dipercaya Hanta bakal kembali meningkatkan pamor publisitas capres Golkar yang saat ini cenderung meredup. “Tidak masalah ARB menjadi capres, yang penting dilakukan lewat mekanisme yang demokratis seperti konvensi,” ujarnya.

Hanta mengatakan, para tokoh senior di internal Golkar harus rela hati membuka ruang bagi kader muda potensial menjadi pemimpin bangsa. Di saat yang sama kader muda potensial juga harus menyiapkan diri saat akan meraih kursi kepemimpinan nasional. “Harus ada kearifan dari politisi senior, seperti ARB dan Akbar Tandjung, untuk memberi jalan bagi tokoh muda dalam regenerasi kepemimpinan nasional,” katanya.

Golkar bisa melakukan dua cara menyikapi elektabilitas Ical yang cenderung stagnan. Cara pertama, menurut Hanta, yakni dengan mengevaluasi strategi yang dilakukan Ical. Sedangkan yang kedua, dengan mengevaluasi figur Ical sebagai capres Golkar. Menurutnya, sudah bukan saatnya lagi tradisi politik ketua umum menjadi capres dilanggengkan. “Harus memberi ruang kepada yang lain, harus ada proses demokratisasi. Harus ada //legowo// kepada generasi muda,” ujarnya.

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengatakan, partainya memiliki banyak kader muda potensial. Di antaranya, Priyo Budisantoso dan  Hajriyanto Y Tohari. “Artinya, stok kepemimpinan nasional di Golkar banyak,” kata Ace.

Ace menyatakan, Golkar terus berupaya melakukan proses kaderisasi. Menurutnya, kader muda Golkar disiapkan untuk melanjutkan regenerasi kepemimpinan di internal partai. “Ini sesuatu yang berharga bagi partai untuk regenerasi kepemimpinan partai,” ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa kader muda potensial memiliki makna penting bagi proses regenerasi kepemimpinan nasional. Menurutnya, perubahan Indonesia hanya mungkin terwujud lewat generasi muda yang memiliki cara berpikir visioner.

Dalam konteks itu, kata Ace, generasi muda juga harus menyiapkan diri agar benar-benar mampu menggantikan tugas generasi tua. “Yang muda harus disiapkan sebagai pemimpin,” ujarnya.

Kendati begitu, Ace menolak jika kader-kader muda potensial Golkar berpeluang menjadi capres alternatif pengganti Ical. Menurutnya, pencapresan Ical sudah final dan tidak mungkin dievaluasi. Ia mengatakan, kader muda potensial Golkar akan lebih dimanfaatkan sebagai magnet elektoral pemenangan Ical. “Sekarang tugas semua kader adalah memenangkan Pak ARB,” ujarnya. n muhammad akbar wijaya ed: Muhammad fakhruddin

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement