Jumat 25 Oct 2013 23:45 WIB

Unair Surabaya Tambah Tiga Guru Besar

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menambah tiga guru besar, yakni Prof Dr Bambang Irawan, Prof Dr Afaf Baktir MS Apt, dan Prof Dr Anis Eliyana SE MSi.

"Pemeliharaan hewan di suatu kebun binatang bukanlah usaha konservasi biodiversitas, melainkan mendokumentasikan biodiversitas," kata Prof Dr Bambang Irawan di Rektorat Unair Surabaya, Jumat (25/10).

Guru besar dalam bidang Ilmu Biologi Populasi dan Karsinoloitu menjelaskan konservasi biologi itu dilakukan untuk menjamin keberadaan (kelestarian) objek biologi. "Hewan yang dipelihara di kebun binatang memang masih hidup dan juga dapat melakukan reproduksi, tapi peranannya dalam suatu ekosistem sudah tidak ada fungsinya," kata guru besar ke-411 Unair.

Lain halnya dengan Prof Dr Afaf Baktir MS Apt yang merupakan guru besar ke-412. Ia menjelaskan tentang penelitiannya yang mengangkat tentang kontribusi Antibiofilm Candida untuk memutus mata rantai berbagai macam penyakit era industri.

"Era industri juga memberikan dampak negatif pada kesehatan masyarakat, akibat polusi logam berat dari limbah industri, juga polutan lain. Distribusi polutan terjadi melalui air kemudian terakumulasi dalam tanah, rantai makanan," katanya.

Guru Besar bidang Ilmu Biokimia itu menegaskan, bioakumulasi dalam tubuh manusia itu antara lain dilaporkan bahwa pada kubis, tomat, dan wortel mengandung logam berat Pb dan Cd melebihi batas maksimum residu yang dihasilkan.

Sementara Guru Besar ke-413 Unair Prof Dr Anis Eliyana SE MSi menyampaikan tentang kepemimpinan spiritual dan servant dalam pendidikan manajamen di Indonesia.

"Kepemimpinan spiritual merupakan kepemimpinan yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, sedangkan kepemimpinan servant merupakan kepemimpinan yang memfokuskan dalam melayani," katanya.

Pada kepemimpinan servant, pemimpin menggunakan pendekatan mempengaruhi secara moral, bukan berdasarkan kekuasaan dan sangat memihak kepada pengikut.

"Pola kepemimpinan ini tentu dapat bermanfaat jika diterapkan dalam suatu organisasi baik profit maupun non profit, termasuk dalam dunia pendidikan," kata guru besar bidang Manajemen itu.

Ia menambahkan penerapan gaya kepemimpinan spiritual dosen dalam PBM (proses belajar mengajar) di kelas perlu dilengkapi dengan pengimplementasian gaya kepemimpinan spiritual dan servant. "Penerapan gaya kepemimpinan servant ini akan menempatkan peserta didik sebagai subjek bukan sebagai objek," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement