Rabu 02 Oct 2013 15:18 WIB

Sering Nyeri Haid? Mungkin Ini Pemicunya

Rep: Desy Susilawati/ Red: Endah Hapsari
Gangguan haid/Ilustrasi
Foto: Musiron/REPUBLIKA
Gangguan haid/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Pernahkah Anda mengalami nyeri haid sampai tidak bisa melakukan aktivitas apa pun? Jangan anggap remeh masalah tersebut. Bisa jadi itu pertanda adanya gangguan kesehatan. Salah satu penyebab nyeri haid ialah endometriosis. Penyakit kronis ini terjadi saat jaringan yang melapisi rahim (endometrium) tumbuh di bagian lain dalam tubuh.

Jaringan itu membentuk lesi (jaringan abnormal) endometriosis. Lesi endometriosis ini paling sering ditemukan di indung telur dan organ-organ lain dalam panggul. “Pada kasuskasus yang sangat jarang, lesi endometriosis dapat ditemukan di paru-paru dan bahkan di otak,” ujar Kepala Divisi Endokrinologi Reproduksi Departemen Ilmu Kebidanan dan Kan dungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS Cipto Mangunkusumo (FKUI/ RSCM) Jakarta, Prof Ali Baziad SpOG (K).

Lesi endometriosis dapat menyebabkan perlengketan organ-organ di daerah jaringan endometriosis. Selain itu, juga dapat menyebabkan terjadinya kista ovarium yang dapat menjadi besar dan sangat nyeri. Gejala lainnya, sebanyak 30 hingga 50 persen wanita yang menderita endometriosis mengalami gangguan kesuburan.

Jaringan endometrium yang berada di luar rahim akan beraksi terhadap perubahan hormon selama siklus menstruasi yang menyebabkannya bertumbuh. Akibatnya, terjadi peradangan dan pembentukan jaringan parut. Itulah yang menimbulkan nyeri. Biasanya penyakit ini ditandai dengan gejala, seperti nyeri panggul kronik, nyeri pada waktu haid, dan nyeri pada waktu atau sesudah hubungan suami istri. “Derajat nyeri tidak selalu berkorelasi dengan ukuran atau banyaknya lesi endometriosis,” kata Ali.

Siapa saja yang bisa menderita endometriosis? Diperkirakan sekitar satu dari 10 perempuan usia subur mengalami endometriosis. Faktor risikonya tinggi terhadap mereka yang memiliki riwayat endometriosis dalam keluarga, saat mendapatkan menstruasi pertama masih dalam usia muda, dan saat menstruasi perdarahannya banyak. “Perempuan yang se ring mengonsumsi pil KB dan mereka yang berat badan rendah lebih kecil kemungkin annya untuk mengalami endometriosis,” ujar Ali.

Masalah endometriosis merupakan masalah yang penting karena menyangkut pe rempuan dalam masa usia reproduksi. Seba nyak lima sampai 20 persen pasien endometriosis berkonsultasi ke dokter tanpa gejala atau keluhan, kasus inferitilitas sebanyak 40 hingga 60 persen, serta dengan keluhan nyeri sekitar 70 persen. Dapat dikatakan, prevalensi endometriosis di Indonesia sekitar lima persen pada pasangan usia subur.

Selain itu, hampir 90 persen perempuan mengalami keadaan ketika darah haid membalik dan masuk ke rongga perut dan menempel. Dengan sistem kekebalan tubuh yang cukup, biasanya kondisi ini dapat dibersihkan, namun ada kalanya sistem kekebalan tubuh tidak bekerja dengan baik sehingga menyebabkan timbulnya endometriosis. “Angka kejadiannya sekitar 20 hingga 30 persen,” ujar dr H Andon Hestiantoro SpOG (K) dari Divisi Imunoendokrinologi Reproduksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement