Sabtu 21 Sep 2013 10:02 WIB

Mengapa Pria Alami Disfungsi Ereksi?

Disfungsi ereksi yang dapat menimbulkan stres/ilustrasi
Foto: militarymentalhealth.org
Disfungsi ereksi yang dapat menimbulkan stres/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Disfungsi ereksi (DE) merupakan masalah yang menakutkan bagi kaum pria. Inilah salah satu penyebab ketidakharmonisan hubungan suami-istri. “DE ditandai dengan ketidakmampuan pria mencapai atau mempertahankan ereksi yang memadai selama tiga bulan berturut,” jelas urolog dr Ponco Birowo SpU PhD.

DE merupakan salah satu gangguan fungsi seksual yang umum ditemukan pada pria berusia di atas 40 tahun. Namun, dalam pengalaman berpraktiknya, Ponco pernah menemukan pasien berusia 20 tahun meng alami DE. “Hampir 39 persen pria dengan DE yang berusia 40 sampai 70 tahun memiliki tingkat keparahan (gradasi) sedang dan berat, selebihnya masuk dalam kategori ringan sampai berat,” tutur urolog dari RS Asri Duren Tiga, Jakarta Selatan, ini.

Dari sebuah studi yang dilakukan di Boston (AS) didapatkan kasus baru DE se banyak 24 orang per 1.000 pria. Diperkira kan, pada akhir 2025, akan ada 322 juta lakilaki di dunia akan menderita kondisi ini.

Agar bisa tegak, kemaluan pria memerlukan aliran darah yang cukup. Saat terjadi rangsangan, kemaluan pria normal akan terisi dengan aliran darah, mengalami ereksi. Pada pria dengan DE, saat terjadi rangsang an, aliran darah tidak bisa masuk lantaran ke cilnya pembuluh darah. Aki batnya, pria tak dapat ereksi. Alhasil, penetrasi tak bisa terjadi.

Bukan hanya istri yang akan mengalami kekecewaan, sang suami juga rentan terkena depresi, perasaan bersalah, dan perasaan takut akan keintiman. Sering kali, jika tak mendapatkan bantuan medis, pria akan kehilangan minat pada aktivitas seksual, ukuran testis yang mengecil, serta penurunan tandatanda seksual sekunder, seperti bulu rambut, kekuatan otot, kadar testosteron rendah, atau masalah hormonal lainnya.

DE dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Utamanya disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, kurang olahraga, stres, dan obesitas. Selain itu, pasien dengan penyakit diabetes, hipertensi, jantung, dan hiperkolesterol berisiko menderita DE.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement