Jumat 20 Sep 2013 16:58 WIB

Agar Tidak Selalu Bergantung pada Suami

Wanita mandiri/ilustrasi
Foto: essence.com
Wanita mandiri/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Fitrah setiap manusia memang saling tergantung antara satu dengan yang lain. Namun, ketergantungan itu ada batasnya, tak selalu harus dipenuhi. Ini juga berlaku pada ketergantungan antara suami-istri.

Dalam pandangan psikolog Ummi Salamah SPsi, ketergantungan itu berawal dari hubungan di mana yang satu ingin selalu dipenuhi, sedangkan yang lain harus memenuhi keinginan tersebut. Selama ketergantungan itu ada keseimbangan, tidak ada masalah. Tapi kalau sudah tidak balance, maka pihak pemberi pasti akan terganggu.

Begitu juga ketergantungan antara suami-istri. ''Dalam hal apapun, silakan saja istri tergantung kepada suami, selama si suami tidak merasa keberatan. Tapi, kalau suami merasa ketergantungan itu tidak wajar lagi, sebaiknya disampaikan kepada si istri ataupun sebaliknya,'' kata Ummi.

Misalnya saja, istri ingin selalu makan siang bersama, karena tidak nafsu makan kalau sendirian. Selama suaminya tidak keberatan, tak ada masalah. Tapi kalau suami merasa terganggu, lebih baik sampaikan kepada istri.

Sebab, jika dibiarkan bisa merusak keharmonisan rumah tangga. Atau, bisa juga membuat komitmen baru. ''Misalkan, oke kita makan siang bareng tapi jangan setiap hari. Seminggu dua kali saya dinner dengan teman-teman, sisanya boleh dengan kamu,'' kata Ummi memberi contoh.

Ketergantungan istri kepada suami yang biasanya menimbulkan konflik, menurut alumnus Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) ini, adalah ketergantungan dalam hal keuangan. Konflik bisa terjadi bila istri dinilai tidak mampu mengelola keuangan rumah tangga dengan baik, atau mempergunakan uang dari suami untuk hal-hal yang tidak semestinya.

Sedangkan ketergantungan suami terhadap istri, lanjut Ummi, lebih bersifat psikologi. Seperti menginginkan istri menjadi teman bicara, atau mitra untuk menciptakan rumah menjadi tempat yang nyaman. Kalau ketergantungan psikologi ini tidak didapatkan dari istri, suami biasanya mencari penyelesaian keluar, semisal curhat dengan temannya.

Agar ketergantungan antara suami-istri tetap seimbang, Ummi menyarankan, harus ada keterbukaan, termasuk dalam hubungan intim. ''Kalau ada yang tidak sreg sampaikan saja jangan ditunda-tunda, tapi harus melihat juga situasinya. Apakah momennya tepat untuk bicara atau tidak, yang penting jangan ditunda-tunda.''

Namun seiring perkembangan zaman, menurut Salamah, ketergantungan antara suami-isteri tidak lagi sama dibandingkan masa orangtua kita dulu. Dulu, peran suami-isteri jelas. Suami mencari nafkah sedangkan istri mengurus rumah dan anak-anak. Tapi sekarang, pembagian peran dalam rumah tangga tidak setegas itu. ''Sekarang ini ketergantungan antara suami-istri tetap ada, tapi tidak seperti dulu. Kini banyak istri yang bekerja sehingga tidak begitu tergantung lagi dengan keuangan suami.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement