Senin 09 Sep 2013 08:15 WIB
Beasiswa

Beasiswa Iptek Sepi Peminat

Beasiswa Supersemar (Ilustrasi)
Foto: YAYASAN SUPERSEMAR
Beasiswa Supersemar (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Djoko Santoso mengatakan, daya serap beasiswa perguruan tinggi di program studi (prodi) teknik dan sains serta pertanian masih rendah. Hal itu terkait minimnya jumlah peminat di ketiga prodi tersebut.

Padahal di satu sisi, menurut Djoko, kebutuhan sumber daya manusia (SDM) di bidang iptek sangat tinggi untuk menopang pembangunan menyongsong hadirnya era bonus demografi. Djoko menjelaskan hal tersebut di sela-sela acara pemberian beasiswa Rajawali Foundation kepada dosen dan mahasiswa Institut Teknologi DEL, Tobasa, Sumatra Utara, Sabtu (8/9).

Setiap tahun Kemendikbud menyiapkan 1.000 beasiswa magister (S-2) dan doktor (S-3) untuk prodi teknik, sains, dan pertanian di luar negeri. Sedangkan, beasiswa S-2 dan S-3 di perguruan tinggi dalam negeri jumlahnya mencapai 3.000 buah.

“Beasiswa di prodi-prodi teknik, sains, dan pertanian yang kita siapkan tidak pernah habis, selalu tersisa karena sepi peminatnya. Akhirnya, sering kita alihkan untuk jurusan lain,” ujar Djoko. Penyerapan beasiswa yang rendah itu, kata Djoko, tidak lepas dari masih rendahnya minat generasi muda Indonesia dalam menekuni ketiga bidang tersebut.

Djoko menerangkan, jumlah prodi di Indonesia mencapai 19.000 prodi yang ditampung oleh 3.200 perguruan tinggi negeri dan swasta. Dari total 19.000 itu hanya 70 persennya saja yang diisi program studi sains, teknik, dan pertanian. “Sayangnya, populasi mahasiswa di bidang sains hanya tiga persen, teknik 11 persen, dan pertanian 3,5 persen,” ujarnya.

Direktur Rajawali Foundation Agung Binantoro menyampaikan, rendahnya minat pada bidang-bidang teknik, sains, dan pertanian sangat disayangkan. Mengingat, menyongsong 100 tahun usia Kemerdekaan RI pada 2045 dan era bonus demografi, kebutuhan SDM yang memiliki disiplin ilmu di bidang iptek semakin tinggi. “Untuk menopang pembangunan nasional, dibutuhkan SDM teknik dan sains yang lebih banyak lagi. Begitu juga di prodi pertanian, yakni kita butuh membangun kemandirian pangan,” kata Agung.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kemendikbud Ahmad Jazidie mengakui, minat terhadap bidang-bidang iptek sudah rendah sejak di jenjang sekolah menengah. Kecenderungan itu kemudian berdampak pada minimnya jumlah siswa yang berminat melanjutkan kuliah di jenjang-jenjang berikutnya.

Untuk itu, Jazidie mengatakan bahwa lembaganya tengah mendorong minat siswa untuk tertarik pada bidang-bidang iptek. Salah satunya dengan melibatkan lebih banyak siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di bidang iptek, mulai dari pameran hingga lomba-lomba di bidang sains.

Pada bulan lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan bahwa pengembangan ilmu dan teknologi merupakan salah satu dari upaya untuk mengembangkan peradaban bangsa. “Tampak kontribusi dan inovasi cakup banyak bidang, bukan hanya bidang pertahanan, namun juga semua hal lainnya, kita ingin negara kita terus bergerak maju,” kata Presiden saat menyampaikan sambutan dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional di TMII.

Dalam pengembangannya ada tiga isu yang terkait dengan pengembangan teknologi. Masing-masing, kata Presiden, yaitu tantangan yang dihadapi dunia dan Indonesia saat ini dan masa depan bidang pangan, energi, air, dan sumber lainnya.

“Yang kedua bagaimana kita memandang dan meletakkan hubungan yang tepat antara ekonomi dan teknologi,” kata Presiden. Ia menambahkan, yang ketiga adalah pekerjaan rumah membangun sinergi nasional, sinergi akademisi, bisnis, dan pemerintah. n antara ed: fitriyan zamzami

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement