Kamis 05 Sep 2013 16:58 WIB

8 Jurus Bantu Anak Bikin PR

Seorang anak perempuan sedang belajar bersama ibunya/ilustrasi
Foto: corbis
Seorang anak perempuan sedang belajar bersama ibunya/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Chick Moorman dan Thomas Haller memberikan tips bagi orang tua untuk menumbuhkan kesadaran anak mengerjakan PR dan tugas-tugas sekolahnya. Saran ini, kata mereka, bila diterapkan secara konsisten dengan hati yang terbuka, bisa mengurangi kegusaran pada waktu belajar anak.

1. Singkirkan kata PR dari perbendaharaan kata Anda. Gantikan dengan kata belajar. Gunakan ‘waktu belajar’ untuk menggantikan ‘waktu bikin PR’. Perubahan penggunaan kata saja akan menyingkirkan masalah pada anak-anak Anda yang kerap berdalih.‘’Saya nggak punya PR, kok’’. Waktu belajar adalah berbicara tentang belajar, harus dilakukan meskipun tak punya PR.

2. Jadikan rutinitas belajar. Ini perlu dilakukan pada waktu yang sama setiap hari. Begitu waktu belajar ditetapkan, pegang teguh jadwal itu. Anak akan terbiasa pada struktur meskipun mereka protes pada awalnya. Butuh waktu beberapa minggu untuk menjadikan rutinitas ini sebagai suatu kebiasaan. Dengan memiliki waktu belajar yang teratur, Anda menunjukkan pada anak bahwa orang tuanya menjunjung tinggi nilai pendidikan.

3. Jadikan rutinitas itu bisa terprediksi dan sederhana. Mulailah dengan mengingatkan waktu belajar lima menit sebelumnya. Ini membuat mereka menghentikan aktivitas yang sedang dilakukan, membersihkan meja belajar, membongkar buku dari tas sekolah, dan siap belajar.

4. Izinkan anak membuat pilihan tentang PR dan masalah yang berhubungan dengan itu. Mereka bisa memilih waktu belajarnya sebelum atau sesudah makan malam. Mereka bisa melakukannya segera setelah sampai rumah atau bangun di pagi buta. Persilakan mereka memilih di mana mengerjakan. Pilihan yang tidak ditawarkan adalah belajar atau tidak belajar.

5. Bantu tanpa bersikap berlebihan. Bantu anak hanya bila ia meminta bantuan. Jangan membuatkan PR anak. Bila ia mengatakan, ‘’Saya tidak bisa.’’ Doronglah dengan mengatakan mereka bisa. Moorman menyarankan orang tua untuk menyuruh anak bersikap mereka tahu dan bisa. Lalu, ayah atau ibu meninggalkan, melihat perkembangannya.

Bila mereka tetap mengatakan tidak tahu caranya dan Anda memutuskan untuk membantu, konsentrasilah pada bertanya, bukan menjawab. ‘’Apa yang kamu dapatkan?’’, ‘’Bagaimana yang kamu mengerti?’’, ‘’Bisa kasih contohnya?’’, ‘’Menurut kamu jawabannya apa?’’, ‘’Bagaimana mencarinya?’’

 

6. Bila Anda ingin perilaku anak, Anda harus mengajarkan perilaku. Masalah pada banyak anak usia sekolah adalah ketidakmampuan mengorganisasi diri. Jika Anda ingin mereka teratur, Anda harus menyiapkan waktu untuk membantu mereka belajar sstem organisasional. Tugas Anda adalah mengajarkan mereka sistemnya.

Tugas mereka menggunakannya. Cek sesekali apakah sistem itu digunakan. Cek lebih sering pada awalnya. Berikan arahan dan koreksi bila dianggap perlu. Bila Anak Anda perlu bantuan mengatur waktu, ajari mereka keterampilan manajemen waktu. Bantu mereka belajar tentang arti membuat prioritas lewat pilihan masalah yang penting dan tenggat waktu. Ajarkan mereka membuat agenda tiap waktu duduk belajar. Bantulah mereka merasakan nilaimelakukan hal yang penting lebih dulu.

 

7. Gantilah hadiah uang dan lain-lain dengan respons verbal yang membangkitkan semangat. Akhiri praktik membayar untuk nilai ulangan dan jajan. Gaya penyuapan seperti ini hanya efektif untuk jangka pendek dan hanya sedikit pengaruhnya mendorong anak mengembangkan cinta belajar seumur hidupnya.

Lebih baik memberikan komentar positif yang memusatkan pada deskripsi perilaku yang ingin Anda tumbuhsuburkan. ‘’Ibu lihat kamu membuat tugasmu sampai larut malam. Mungkin tak mudah membuat tugas sebanyak itu, tapi berkat usahamu bisa menyelesaikannya.’’ ‘’Semua huruf ada di antara garis. Pasti Pak guru mudah membacanya.’’

 

8. Waktu belajar adalah komitmen keluarga. Saat anak belajar, matikan TV. Jika Anda melakukan kegiatan yang berisik dan bersenang-senang saat itu anak akan terganggu. Bila Anda tidak memegang komitmen waktu belajar itu, jangan harapkan anak Anda bisa memegangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement