Rabu 04 Sep 2013 03:25 WIB
Penertiban PKL di Jakarta

PKL Jatinegara tak Tahu Rencana Relokasi

Pasar Jatinegara
Foto: blogspot.com
Pasar Jatinegara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana relokasi pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, rupanya belum diketahui para pedagang. Seperti biasanya, PKL masih saja menjual barang dagangannya hingga menutup hampir setengah badan jalan.

Salah satu penjual pakaian bernama Daman (42 tahun), misalnya, mengaku tak tahu menahu perihal rencana relokasi. Namun, pria asli Betawi ini mengatakan, jika memang ada relokasi, dia akan mengikuti apa pun yang menjadi keputusan pemerintah. Dia juga menyadari, akibat lapak-lapak PKL, jalan menjadi sempit. “Asal kita disediain tempat untuk jualan lagi aja,” katanya saat berbincang dengan Republika ketika berjualan di Jalan Pintu Pasar Tengah Jatinegara, Selasa (2/9).

Suasana PKL di Jalan Pintu Pasar Tengah Jatinegara, Jakarta Timur, ini begitu ramai. Hampir tidak ada celah antara satu lapak dengan lapak lainnya sepanjang jalan. Tak teratur, penjual pakaian berdampingan dengan penjual buah. Penjual minuman ringan diikuti sebelahnya berjualan bawang dan seterusnya. Bau menyengat juga tercium di ujung jalan yang berbatasan dengan Pasar Jatinegara bagian utara.

Bau ini berasal dari tempat penampungan sampah yang telah disediakan dan dibuang setiap harinya. Meski demikian, para pedagang menawarkan dagangannya masing-masing dengan tampak bersemangat. “Jeruk Mas, murah,” teriak salah satu penjual buah menawarkan dagangannya. Begitu juga dengan pedagang-pedagang yang lain.

Pemandangan menarik terjadi pada pukul 15.10 WIB ketika sebuah mobil pick up melintas di Jalan Pintu Pasar Tengah Jatinegara. Kebetulan bajaj berwarna biru melintas dari arah yang berlawanan. Tak pelak keduanya harus berhenti. Bajaj berusaha menepi sampai berdekatan dengan lapak pedagang untuk memberi jalan agar pick up tersebut bisa lewat. Dengan pelan-pelan mobil bak hitam itu pun melewati bajai. Seketika motor-motor yang lewat di jalan ini ikut terjebak dan arus lalu lintas sesaat ikut tersendat.

Menurut Johan (35), pedagang minuman ringan, hal seperti itu lumrah terjadi. Sempitnya jalan mengharuskan kendaraan untuk pelan-pelan melewatinya. Johan juga mengaku pasrah jika relokasi itu benar adanya. Pria asli Kampung Melayu ini juga berujar akan terus berjualan. “Kalau gak jualan, anak istri saya makan apa?” ujarnya dengan nada bertanya.

Selain itu, PKL yang sebelumnya berjualan di bahu jalan kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mengaku senang dipindah ke area resmi yang dikelola PD Pasar Jaya. Mereka datang ke kantor pengelola Pasar Minggu untuk mengambil nomor undian susulan dengan wajah semringah, kemarin. Seperti, Fatimah (50) yang baru mengambil nomor undiannya kemarin karena saat pengundian resmi pada Senin (2/9) ia tidak bisa datang akibat berhalangan.

Ia terdaftar di antara 523 PKL yang telah didata oleh pengelola Pasar Minggu. Semua PKL yang terdaftar akan dijamin pihak pengelola mendapatkan lapak. Fatimah mengatakan, jika pemindahan PKL ke area resmi merupakan hal menggembirakan baginya. Ibu yang sebelumnya berjualan nasi uduk di Jalan Raya Pasar Minggu ini juga mengaku lebih tenang berdagang di dalam pasar. “Saya beryukur bisa berdagang di sini,” kata Fatimah saat ditemui Republika di kantor Unit Pasar Besar Pasar Minggu usai mengambil nomor undiannya yang tertunda.

Hal yang sama juga diungkapkan Rasimun (55), pedagang mi ayam. Lelaki asal Cilacap, Jawa Tengah, ini mengaku akan mengikuti apa saja yang akan dilakukan pemerintah. Dirinya menyadari jika berjualan di jalan, akan mengganggu arus lalu lintas hingga mengakibatkan kemacetan.

Rasimun tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya jika berjualan di dalam area Pasar Minggu. Dia hanya berharap nantinya jika sudah berjualan di dalam Pasar Minggu agar keamanannya lebih ditingkatkan. “Kalau dagang di dalam sini saya merasa lebih aman Mas, sewaktu-waktu kalau saya tinggal shalat Zhuhur saya tidak lagi khawatir dengan dagangan saya,” ujarnya. n c30 ed: rahmad budi harto

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement