Jumat 23 Aug 2013 02:27 WIB
Commuter Line

Jaminan Tiket Membuat Bingung Penumpang Kereta

 Sejumlah Penumpang menunggu KRL Commuter Line di Stasiun Manggarai,Jakarta,Senin (7/1). (Republika/Adhi Wicaksono)
Sejumlah Penumpang menunggu KRL Commuter Line di Stasiun Manggarai,Jakarta,Senin (7/1). (Republika/Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Andi Nur Aminah

PT KAI Commuter Jabodetabek mulai memberlakukan penggunaan Tiket Harian Berjamin (THB) di semua stasiun, Kamis (22/8). THB merupakan pengganti dari tiket jenis single trip yang sudah diterapkan sebelumnya. Pemberlakuan TBH ini merupakan langkah yang ditempuh PT KAI Commuter Jabodetabek setelah banyaknya tiket single trip yang hilang saat dibawa pulang oleh penumpang yang tak keluar stasiun lewat gate resmi yang mensyaratkan kartu tiket harus dimasukkan ke mesin. Akibatnya, PT KAI Commuter Jabodetabek mengalami kerugian yang cukup besar karena 700-800 ribu tiket tak kembali.

Untuk dapat menggunakan THB, para penumpang cukup datang ke loket dan membayar uang jaminan tiket sebesar Rp 5.000. Karena tiket ini bersifat jaminan, uang Rp 5.000 yang sudah diserahkan penumpang dapat diambil kembali sewaktu-waktu dalam kurun waktu tujuh hari, terhitung setelah tanggal pembelian terakhir tiket perjalanan. Selain itu, selama masa tujuh hari tersebut, tiket juga dapat digunakan untuk membeli tiket lain dengan rute perjalanan baru.

Sama dengan jenis tiket sebelumnya, THB hanya dapat digunakan untuk satu kali perjalanan pada tanggal pembelian. THB juga dapat digunakan untuk stasiun tujuan yang berbeda selama besaran tarif tidak melebihi tarif tujuan awal. Cara penggunaannya pun sama saja. Di stasiun keberangkatan, penumpang perlu menempelkan tiket di gate masuk, kemudian tunggu hingga lampu hijau menyala, lalu dorong tripod gate untuk masuk. Begitu juga saat tiba di stasiun kedatangan.

Beberapa hukuman dan suplesi pun diberlakukan pada sistem THB ini. Penalti sebesar Rp 5.000 dengan cara pengambilan kartu oleh petugas akan dilakukan terhadap penumpang yang melakukan perjalanan dengan besar tarif melebihi tarif tujuan awal. Kemudian, penumpang juga akan dikenakan suplesi Rp 50 ribu dan pengambilan kartu oleh petugas apabila tidak memiliki tiket perjalanan yang sah dan jika tiket yang digunakan sudah kedaluwarsa.

Namun, pemberlakuan THB membuat bingung dan repot beberapa penumpang KRL Commuter Line. Ketidaktahuan penumpang atas informasi tersebut membuat antrean panjang terlihat di loket-loket. Di loket pembelian karcis, banyak penumpang yang bertanya mengapa harus membayar tiket lebih mahal, mengapa harus ada tambahan Rp 5.000 lagi, di mana dan kapan bisa mengambil kembali uang Rp 5.000, dan lainnya terdengar hampir setiap kali penumpang membeli tiket.

Petugas yang melayani pembelian tiket pun terpaksa merangkap pemberi informasi sambil melayani transaksi tiket. Akibat konsentrasi yang terbelah, pelayanan pun menjadi lamban karena banyaknya pertanyaan calon penumpang. Nurhayati (40 tahun) yang naik dari stasiun Citayam, Depok, Jawa Barat, mengatakan, biasanya dia naik KRL dari Citayam ke Tanah Abang dengan tarif Rp 4.000. Namun, Nurhayati cukup kaget ketika membeli karcis dan diminta membayar Rp 9.000. “Setelah dijelaskan sama petugasnya, ternyata ada tambahan RP 5.000 untuk jaminan,” ujar perempuan berjilbab ini, Kamis (22/8).

 

Saat tiba di Stasiun Tanah Abang, Nurhayati terlihat bolak-balik mencari informasi di mana dia harus menukarkan tiket yang sudah dibelinya dan mengambil kembali uang jaminan Rp 5.000-nya. Seorang petugas kemudian menghampirinya dan menunjukkan loket dekat pintu keluar.

Pemberlakuan THB di Stasiun Bekasi juga menimbulkan antrean yang cukup panjang di sejumlah loket. Beberapa calon penumpang terlihat masih bingung terhadap sistem THB dan banyak bertanya kepada petugas penjaga loket. Tak jarang pula penumpang tampak mengeluh karena merasa sistem baru ini cukup merepotkan.

Evi (39), salah seorang penumpang, merasa pemberlakuan THB itu tidak menguntungkan semua pihak, terutama untuk mereka yang jarang menggunakan transportasi kereta. Evi mengaku hanya datang ke Bekasi karena hendak mengunjungi kakaknya. Ia termasuk masyarakat yang jarang bepergian dengan menggunakan kereta rel listrik. “Kalau saya, sih mendingan yang single trip,” kata Evi di Stasiun Bekasi.

Keluhan sama disampaikan Wahidah (45), warga Citayam, Depok. Walau kini pembelian tiket di Stasium Citayam tak lagi antre, dia harus menghadapi antrean saat harus menarik kembali uang jaminan ketika turun di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan. “Ada-ada saja. Kebijakan yang kayak gini bikin repot saja,” ujarnya.

Bila tak mau direpotkan dengan ritual bayar dan menarik uang jaminan, penumpang KRL Commuter Line sebenarnya bisa memanfaatkan tiket multitrip atau tiket banyak perjalanan yang tak mensyaratkan penyertaan jaminan. Tiket multitrip bisa mengurangi antrean di loket pembelian di stasiun awal maupun loket pengambilan jaminan di stasiun kedatangan.

Yuniati (42), pekerja kantoran di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengaku tiket multitrip sangat membantu pengguna KRL Commuter Line yang memang sangat bergantung pada alat transportasi massal ini. Masyarakat yang menggunakan KRL tersebut sesekali saja juga tidak dirugikan karena saldo tiket tidak akan hangus meski tak terpakai berbulan-bulan lamanya. “Ibaratnya kita punya deposito uang jalan di dalam tiket tersebut,” kata Yuniati, kemarin. n mg01 ed: rahmad budi harto

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement