Senin 12 Aug 2013 14:09 WIB

Inilah yang Terjadi Saat Menopause Datang

Persiapkan diri menjelang menopause/ilustrasi
Foto: yorkshiretimes.co.uk
Persiapkan diri menjelang menopause/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Menopause. Biarpun hanya terdiri dari sembilan huruf, kata ini seringkali menjadi momok bagi kaum hawa, terutama yang telah berusia 40 tahun ke atas. Menopause sebenarnya merupakan proses alamiah, yang pasti akan dialami setiap wanita. Ketika menopause datang, wanita tidak akan lagi mengalami menstruasi karena siklus menstruasinya telah berhenti. Beberapa tahun sebelum itu, wanita akan mengalami satu masa yang disebut perimenopause. Pada masa ini terjadi perubahan hormonal yang ditandai oleh siklus haid yang tidak teratur.

Pada masa ini kadar estrogen dalam tubuh wanita mengalami fluktuasi. Ini menyebabkan sejumlah keluhan seperti sulit tidur, vagina kering, sakit kepala, berkeringat pada malam hari, dan lain-lain. Selain itu, tak sedikit pula wanita yang mengalami tekanan psikis pada saat-saat menjelang menopause ini. Tekanan psikis itu membuat dia merasa khawatir, cemas, rendah diri, depresi, mudah tersinggung, dan sebagainya.

Ketika menopause benar-benar datang, beberapa masalah baru bermunculan. Di antaranya adalah meningkatnya risiko penyakit jantung koroner (PJK) dan osteoporosis (pengeroposan tulang). Adalah menurunnya kadar hormon estrogen yang menyebabkan hal ini. Seperti diterangkan oleh dokter Jetty Sedyawan SpJP, spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), hormon estrogen berperan melindungi perempuan dari serangan penyakit jantung koroner (PJK). ''Namun setelah memasuki usia menopause tak ada lagi hormon estrogen yang secara alami melindungi perempuan dari PJK,'' kata Jetty.

Sebelum menopause, kejadian PJK di kalangan wanita jauh lebih rendah ketimbang pria. Tapi memasuki usia menopause, perbandingan itu berbalik. Kejadian PJK di kalangan wanita justru lebih tinggi. ''Keadaan ini menunjukkan bahwa hormon dan metabolisme berperan dalam memberikan perlindungan. Namun usia merupakan faktor risiko koroner yang tak dapat diubah pada perempuan,'' jelas dokter yang juga staf pengajar pada Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement