Kamis 01 Aug 2013 02:57 WIB
Perdamaian Palestina-Israel

Palestina-Israel Sepakat Berdamai 9 Bulan Lagi

Ilustrasi: Perdamaian Israel Palestina
Foto: wordpress
Ilustrasi: Perdamaian Israel Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Perundingan damai Israel-Palestina di Washington, Amerika Serikat (AS), berlangsung positif dan konstruktif. Setelah berunding selama dua hari, kedua negara pun sepakat untuk mengakhiri  konflik panjang mereka dalam waktu sembilan bulan ke depan.

“Target kami adalah tercapainya status kesepakatan final dalam waktu sembilan bulan ke depan,” kata Menteri Luar Negeri AS John Kerry usai perundingan itu, Selasa (30/7) malam waktu setempat. Kerry yang selama beberapa bulan terakhir sibuk berdiplomasi untuk mendorong Palestina dan Israel kembali ke meja perundingan mengatakan, konflik ini harus segera diselesaikan demi masa depan generasi bangsa berikutnya.

Seperti dilansir Reuters, Rabu (31/7), perundingan ini dilakukan beberapa kali, termasuk pertemuan tertutup dengan Presiden Barack Obama di Gedung Putih. Ada pula pertemuan langsung kedua pihak tanpa kehadiran AS sebagai penengah. Sejauh ini, Kerry sangat optimistis terhadap prospek perundingan itu meski banyak kalangan meragukannya. “Saya tahu banyak yang ragu, tapi saya bukan salah satunya,” ujarnya dalam konferensi pers diapit oleh  Ketua Negosiator Israel Tzipi Livni dan Ketua Negosiator Palestina Saeb Erekat.

Pada kesempatan itu, Erekat mengatakan, sudah waktunya rakyat Palestina memiliki negara berdaulat. “Ini saatnya Palestina untuk hidup dalam damai, bebas, dan memiliki martabat sebagai bangsa merdeka dan berdaulat,” ujarnya.

Selain itu, Livni yang juga menjabat sebagai Menteri Kehakiman Israel mengatakan, ia dan Erekat kerap bertemu di berbagai forum perundingan. Namun, belum ada satu pun kesepakatan yang dicapai. Saat ini, menurut Livni, adalah waktunya untuk menyelesaikan negosasi. “Saya percaya, sejarah tak dibuat oleh orang-orang sinis namun oleh realis yang tak takut untuk bermimpi,” ujar Livni.

Meski optimistis, Livni mengakui, jalan yang dilalui akan sangat sulit. “Naik-turun. Tapi saya bisa pastikan, kami tidak ingin berdebat soal masa lalu, tapi menciptakan solusi dan keputusan untuk masa depan.”

Perundingan di Washington ini akan diikuti dengan perundingan lanjutan yang bakal digelar dua pekan mendatang. Perundingan itu bisa digelar di wilayah Palestina atau Israel. Yang pasti, kata Kerry, perundingan itu akan membahas isu-isu inti yang sangat penting, seperti masalah batas-batas wilayah negara Palestina, status Kota Yerusalem, dan masalah pengungsi Palestina.

Menurut Kerry, dalam perundingan yang baru saja berakhir ini, Israel setuju menerapkan langkah-langkah untuk memudahkan kehidupan rakyat Palestina di Tepi Barat yang dikuasai Fatah dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas.

Tak dijelaskan secara rinci langkah-langkah tersebut. Namun, seorang pejabat AS menginformasikan, langkah-langkah itu bukan lebih dari sekadar menyingkirkan blokade, melainkan lebih bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Palestina. Jadi, menurut pejabat itu, selain melepaskan 104 tahanan Palestina sebagai syarat perundingan, Israel juga akan mengambil langkah ekonomi untuk meringankan kehidupan rakyat di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Hasil akhir yang ingin dicapai dari perundingan damai ini adalah terciptanya dua negara yang hidup berdampingan secara damai atau yang dikenal dengan solusi dua negara. Dalam solusi ini wilayah Tepi Barat dan Gaza yang dicaplok Israel pada Perang Arab-Israel tahun 1967 akan dikembalikan kepada Palestina.

Perundingan Palestina-Israel menumbuk jalan buntu pada 2010. Hal itu terjadi akibat sikap keras Israel yang tak mau menghentikan pembangunan permukiman Yahudi di wilayah-wilayah pendudukan, seperti Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Masalah permukiman Yahudi ini pun diyakini akan menjadi isu “panas” di meja perundingan Palestina-Israel. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement