Saturday, 11 Syawwal 1445 / 20 April 2024

Saturday, 11 Syawwal 1445 / 20 April 2024

Hidayat Nur Wahid: Refleksikan Peristiwa Hijrah Rasulullah

Jumat 22 Sep 2017 17:01 WIB

Red: Gita Amanda

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Hidayat Nur Wahid (HNW).

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Hidayat Nur Wahid (HNW).

Foto: ROL/Havid Al Vizki

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Hidayat Nur Wahid memberikan tausiah subuh dalam acara Subuh Berjamaah. Di hadapan jamaah umum dan Forum Umat Islam (FUI), Jumat (22/9), di Mesjid Agung Darussalam, Cilacap alumni pesantren Gontor yang menempuh studi di Madinah selama 13 tahun ini mengambil topik mengenai momen hijrah Nabi Muhammad ke Madinah yang kini diperingati sebagai Tahun Baru Islam.

Ia mengemukakan, dalam peristiwa ini umat bisa mempelajari tentang sejarah atau filosofis kehidupan perjuangan Rasulullah SAW yang membawa perubahan luar biasa dan menjadi tonggak pencatatan, sejarah, kegiatan. Yakni, hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah sebagai penanggalan tahun baru Islam.

Hidayat juga bercerita ketika Presiden Joko Widodo akan menetapkan hari Santri Nasional. Akhirnya‎ Hari Santri Nasional ditetapkan pada 22 Oktober, bukan pada tanggal 1 Muharam.‎

"Saya mengusulkan sebaiknya diambil dari hari ketika santri memiliki peran luar biasa yakni ketika KH Hasyim Ashari mengumumkan fatwa atau resolusi jihad menentang kembalinya penjajah Belanda yang membonceng sekutu dengan menyerang Surabaya dan akan menguasai kembali dari sana," ujarnya.

Saat itu ada tiga fatwa jihad, yakni mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kedua, siapapun yang meninggal dalam mempertahankan kemerdekaan maka mati sahid dan jihad fisabilillah. Sementara siapapun yang membela Belanda akan dihukum mati. Bung Tomo yang merobek bendera Belanda, menjadi sosok yang tampil sebagai tokoh pejuang.

Hidayat mengatakan, di saat Indonesia sudah selesai dengan kemerdekaan, tapi kemudian diserang oleh beberapa pemberontakan termasuk oleh komunis yang pada 1948 membentuk Republik Indonesia Soviet. Menurut Hidayat, yang mengembalikan NKRI, dari pecah belah dan tercabik-cabiknya Indonesia adalah Muhammad Natsir dari partai umat Islam fraksi Masyumi.

"Dengan semangat hijrah maka kita hijrah dan meyakini keteladanan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW," ujar Hidayat.

Nabi membawa keteladanan kepada umatnya dengan hijrah yang dilakukan menuju peradaban lebih baik. Kata Hidayat, bercermin dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad, umat Islam bisa keluar dari semua masalah dan saling berkontribusi menyelesaikan masalah.

Ia mengajak umat Islam agar mengedepankan silaturahim. "Setelah silaturahim jangan menyerang sana sini, hujat sana sini. Silaturahim ini untuk melakukan kedekatan asal-usul dan menyebarkan pesan baik," katanya.

Hidayat mengemukakan, Rasulullah selalu mengingatkan agar manusia memanusiakan manusia lain dan menyenangkan orang lain. Jangan membuat kecewa, saling menghormati dan menyebarluaskan perdamaian.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler