Wednesday, 7 Zulqaidah 1445 / 15 May 2024

Wednesday, 7 Zulqaidah 1445 / 15 May 2024

Manfaat Psikologis Positif Dalam Konteks Pancasila

Jumat 04 Mar 2016 18:48 WIB

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Winda Destiana Putri

MPR RI

MPR RI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehidupan individualis yang terjadi sekarang ini membuat setiap orang tidak saling perhatian antara satu dengan yang lain. Karena itu rasa saling menghormati diantara anggota masyarakat menjadi barang yang langka.

''Namun rasa saling hormat-menghormati itu bisa ditumbuhkan kembali dalam diri masyarakat. Caranya adalah melalui psikologis positif dalam konteks Pancasila,'' kata Trinirmalaningrum, Direktur Utama Perkumpulan Skala pada acara Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat yang diselenggarakan Perpustakaan MPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (4/3).

Dalam acara tersebut, ada tiga narasumber yang dihadirkan masing-masing adalah anggota Lembaga Pengkajian MPR, Hajriyanto Y. Tohari, Adi Santika dan Dasman Djamaludin. Ketiganya membahas buku karya Jojo Rahardjo berjudul Psikologi Positif dan Manusia Indonesia dalam perspektif Pancasila dan Kebhinekaan.

Psikologis positif dalam konteks Pancasila ini, kata Trinirmalaningrum adalah bagaimana bisa menerima segala sesuatu dengan positif. Sikap ini dapat membatasi sikap individualisme yang terus berkembang di masyarakat.

Karenanya dengan positif psikologi ini, diharapkan bisa dikembangkan dan kembali saling menghormati, termasuk dalam menerima perbedaan jadi jauh lebih baik.

Dalam buku berjudul Psikologi Positif dan Manusia Indonesia dalam perspektif Pancasila dan Kebhinekaan penulis antara lain memaparkan bahwa positive psychology  (psikologi positif) adalah bagaimana meningkatkan kebahagiaan untuk memaksimalkan kualitas hidup.

Hal ini berbeda dari ilmu psikologi di masa awal sebelumnya yang lebih melihat psikologi sebagai ilmu yang mempelajari apa yang salah atau sakit dalam jiwa manusia.

"Kajian mengenai kebahagiaan ini sekarang diminati di mana-mana di seluruh dunia. Bahkan juga telah diminati oleh banyak pelaku bisnis," jelasnya.

Dulu orang mengira bahwa kebahagiaan (positivity) akan diperoleh setelah mendapatkan kesuksesan. Namun berbagai penelitian positive psychology membuktikan yang sebaliknya yaitu, kebahagiaanlah yang menyebabkan kesuksesan.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler