Monday, 27 Syawwal 1445 / 06 May 2024

Monday, 27 Syawwal 1445 / 06 May 2024

Ketua MPR: Pancasila Semakin Jauh dari Rakyat Indonesia

Rabu 28 Oct 2015 14:47 WIB

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Winda Destiana Putri

Presiden kelima Indonesia Megawati Soekarnoputri ( kanan) berjabat tangan dengan Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno (kiri) disaksikan Ketua MPR Zulkifli Hasan (tengah) usai seminar nasional dan bedah buku Revolusi Pancasila di Jakarta Convention Center, Se

Presiden kelima Indonesia Megawati Soekarnoputri ( kanan) berjabat tangan dengan Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno (kiri) disaksikan Ketua MPR Zulkifli Hasan (tengah) usai seminar nasional dan bedah buku Revolusi Pancasila di Jakarta Convention Center, Se

Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR Zulkifli Hasan, mengatakan, sejak reformasi 15 tahun lalu Pancasila sudah semakin jauh. Salah satu contohnya sistem pemilihan di Indonesia saat ini tidak sesuai dengan bunyi sila keempat.

"Bahkan ada yang mengatakan, apakah masih ada Pancasila di benak masyarakat Indonesia," katanya Zulkifli, didampingi Megawati Soekarnoputri dalam acara seminar dan bedah buku "Revolusi Pancasila"  karya Yudi Latif di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta baru-baru ini.

Zukifli mencontohkan, sila keempat yang berbunyi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Tidak tahu bagaimana pelaksanaan sila tersebut saat ini.

''Sekarang ini pemilihan berdasarkan suara terbanyak, bukan melalui perwakilan," ujarnya.

Bahkan, kata Ketua Umum PAN tersebut, kepala daerah seperti gubernur dan bupati, melempar urusan Pancasila sebagai urusan orang-orang tua dan MPR di pusat.

"Ini memang karena tidak ada anggaran untuk memperkuat wawasan kebangsaan. Di daerah memang tidak ada anggaran seperti itu," ucapnya.

Secara khusus tentang buku 'Revolusi Pancasila', Zulkifli menilai, revolusi Pancasila harus memenuhi logika revolusi. Meminjam ucapan Bung Karno, revolusi harus berkesinambungan dan tidak boleh terputus.

"Revolusi mental diletakan dalam kerangka pembangunan jangka panjang yang tidak terputus disebut pembangunan semesta atau garis-garis besar haluan negara," jelasnya.

Menurut Zulkifli, buku 'Revolusi Pancasila' karya Yudi Latif ini menjadi pengingat bagi masyarakat pada rel sejarah perjalanan bangsa.

Seminar dan bedah buku juga dihadiri beberapa tokoh nasional seperti mantan wakil presiden Try Sutrisno, Emil Salim, Ketua Yayasan Universitas Pancasila Siswono Yudhohusodo, Ponco Sutowo, dan lainnya. Seminar dan bedah buku ini merupakan kerjasama Universitas Pancasila dan Aliansi Kebangsaan.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler