Wednesday, 29 Syawwal 1445 / 08 May 2024

Wednesday, 29 Syawwal 1445 / 08 May 2024

Pemimpin Harus Miliki Delapan Karakter Wayang Ini

Jumat 24 Jul 2015 21:50 WIB

Red: Dwi Murdaningsih

Pagelaran wayang di Blora.

Pagelaran wayang di Blora.

Foto: MPR

REPUBLIKA.CO.ID, BLORA -- MPR menyelenggarakan pagelaran seni budaya melalui pementasan wayang kulit sebagai salah satu bentuk sosialisasi nilai-nilai luhur bangsa yang terkandung dalam Pancasila di Alun-alun Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Jumat (24/7). Pagelaran wayang kulit menampilkan dalang Ki Sigit Ariyanto dengan lakon "Wahyu Makutharama" dipadati warga masyarakat Blora. .

Pagelaran wayang kulit ini dihadiri Bupati Blora Djoko Nugroho dan jajaran pimpinan dan SKPD Kabupaten Blora. Dari MPR hadir Ketua Kelompok DPD MPR RI Bambang Sadono, Guntur Sasono (Ketua Fraksi Partai Demokrat MPR RI), M. Fadholi (Fraksi Partai Nasdem), Sri Wulan (Fraksi Partai Gerindra). M. Gamari (Fraksi PKS).

Sebelum menyerahkan tokoih Arjuna kepada dalang Ki Sigit Ariyanto sebagai pertanda dimulainya pagelaran wayang kulit ini, Bambang Sadono mewakili Pimpinan MPR mengatakan MPR memanfaatkan seni budaya wayang kulit sebagai media sosialisasi karena wayang merupakan seni budaya tradisional Indonesia yang tidak hanya sebagai tontonan tapi juga tuntunan dalam kehidupan masyarakat.

"Kegiatan wayang adalah bentuk kesenian yang lengkap, tak hanya ajaran tapi juga musik, drama, keterampilan pedalangan, hiburan," katanya. Dengan demikian, metode sosialisasi ini mudah dipahami dan tidak membosankan.

Lakon "Wahyu Makutharama", kata Bambang, menceritakan tentang sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin agar menjadi panutan dan teladan bagi rakyat. Menurut dia, cerita ini mirip dengan Bung Karno ketika menggali Pancasila, menggali sifat-sifat kepemimpinan, yaitu Astra Brata. Delapan sifat pemimpin itu meniru Bumi, Bulan, Matahari, Bintang, Air, Angin, Api, Laut.

"Pemimpin harus meniru bumi untuk menjadi sumber kebutuhan hidup. Sifat laut atau Samudra, pemimpin harus terbuka, tidak boleh dendam," kata Bambang memberi contoh.

Dalam kondisi bangsa dan negara saat ini, kata dia, cerita Wahyu Makutharama dapat dijadikan sebagai refleksi bagi setiap pemimpin apakah sudah mengamalkan dan melaksanakan ajaran Astra Brata demi mewujudkan janji-janji kebangsaan. Bambang berharap pagelaran seni budaya ini dapat menjadi media yang efektif untuk membangun jati diri bangsa Indonesia dalam kerangka penguatan karakter dan kepribadian bangsa.

"Tentunya dijiwai nilai-nilai Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika," kata senator dari Jawa Tengah ini.

Kabupaten Blora menjadi tempat pelaksanaan pagelaran seni budaya ketiga yang diselenggarakan MPR. Sebelumnya MPR telah menggelar kegiatan serupa di Provinsi DI Jogyakarta dan Provinsi Sumatera Selatan. Lakon "Wahyu Makutharama" mengisahkan tentang pencarian mahkota yang diberinama Sri Batara Rama. Barangsiapa memiliki mahkota itu maka akan menjadi sakti dan kelak akan menurunkan raja-raja yang memerintah di Marcapada. Karena berkasiat menurunkan raja-raja, mahkota itu kemudian disebut sebagai "Wahyu Makutharama".

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler