Rabu 10 Jul 2013 08:40 WIB
Intelijen AS

Uruguay Tawarkan Suaka untuk Snowden

A TV screen shows a news report of Edward Snowden, a former CIA employee who leaked top-secret documents about sweeping US surveillance programs, at a shopping mall in Hong Kong. (file photo)
Foto: AP/Vincent Yu
A TV screen shows a news report of Edward Snowden, a former CIA employee who leaked top-secret documents about sweeping US surveillance programs, at a shopping mall in Hong Kong. (file photo)

REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES - Bertambah satu lagi negara yang bersedia melindungi buronan AS, Edward Snowden. Adalah Uruguay sebagai negara keempat setelah Venezuela, Nikaragua, dan Bolivia yang menawarkan suaka politik untuk pembocor data-data intelijen Badan Keamanan Nasional (NSA) itu. Tawaran suaka itu disampaikan Ibu Negara Uruguay Senator Lucia Topolansky, Senin (8/7). “Masalah ini harus dipertimbangkan setelah permintaan (suaka) diajukan,” kata Topolansky.

Uruguay, menurut dia, merupakan negara yang kerap memberikan suaka. “Saya berpikir, setiap negara bebas menampung siapa pun yang diinginkannya,” kata dia. Setiap negara pun, Topolansky melanjutkan, memiliki aturan sendiri dan berhak membuat keputusan sendiri. “Tidak ada yang diperbolehkan untuk mengganggu kedaulatan negara lain,” ujarnya.

Saat ini, Snowden diperkirakan masih berada di ruang transit Bandara Sheremetyevo, Moskow. Di tempat inilah, dua pekan lalu dia tiba dari Hong Kong. Pemerintah AS telah mencabut paspornya sehingga dia tak bisa bepergian ke manapun. Sejak itu, Snowden telah mengajukan permohonan suaka ke lebih dari 20 negara. Namun, sebagian besar permohonan itu ditolak. Meski begitu, empat negara, yakni Venezuela, Nikaragua, Bolivia, dan kini Uruguay, bersedia memberikan suaka kepada Snowden.

Venezuela, seperti dilaporkan Aljazirah, Selasa (9/7), masih terus menunggu respons dan keputusan dari Snowden. Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengaku telah menerima permohonan suaka dari mantan ahli IT di CIA itu dan kini tinggal menunggu keputusannya.

“Dia harus memutuskan kapan dia akan terbang jika akhirnya ingin terbang ke sini,” kata Maduro. Menurut Maduro, bukan tanpa alasan negaranya menawarkan suaka kepada Snowden. Venezuela, kata dia, bersedia memberi perlindungan karena Snowden sedang dianiaya oleh sebuah imperium (kekaisaran). Kekaisaran yang dia maksud adalah AS.

Sebelumnya, Maduro juga mengatakan, tawaran suaka ini diberikan sebagai bentuk protes terhadap AS dan Eropa yang menghalangi penerbangan pesawat kepresidenan Bolivia. Snowden sendiri karena tak lagi memiliki paspor, jika ingin terbang ke Venezuela, dia membutuhkan surat perjalanan dari negara tersebut. Jikapun surat perjalanan itu ada, tampaknya tak mudah bagi Snowden untuk sampai ke sana.

Sebab, penerbangan komersial dari Moskow menuju Amerika Selatan hanya bisa ditempuh melalui Havana, Kuba. Sedangkan, penerbangan menuju Havana akan melewati wilayah udara beberapa negara Eropa dan AS. Padahal, beberapa waktu lalu, negara-negara Uni Eropa menolak wilayah udaranya dilewati pesawat kepresidenan Bolivia yang diduga ditumpangi oleh Snowden.

Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS Robert Menendez tak terkejut dengan tawaran suaka ketiga negara Amerika Latin itu (Venezuela, Bolivia, dan Nikaragua). Dalam pandangan Menendez, ketiga negara tersebut memang selalu merongrong AS.

Terkait hal ini, Presiden Kuba Raul Castro mendukung kebijakan tiga negara Amerika Latin tersebut yang menawarkan suaka politik untuk Snowden. Terlebih, tawaran suaka itu diberikan kepada orang yang teraniaya dan sedang berjuang menegakkan haknya. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement