Selasa 02 Jul 2013 08:44 WIB
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat

BLSM tak Imbangi Kenaikan Harga

Warga bersiap mengambil uang Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) di Jakarta, Sabtu (22/6).  (Republika/Aditya Pradana Putra)
Warga bersiap mengambil uang Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) di Jakarta, Sabtu (22/6). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Dana bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) tak berdaya mengurangi beban rakyat akibat harga bahan pokok yang terus melangit. Bantuan uang tunai itu hanya mampu membuat rakyat bertahan selama beberapa hari.

Rini (57 tahun), warga Cikunir, Bekasi, Jawa Barat, mengatakan, pencairan BLSM tahap pertama sebesar Rp 300 ribu ini tak bisa mengimbangi harga bahan pokok. "Ditambah lagi dengan menjelang masuknya bulan Puasa. Tahu sendiri harga-harga di pasar sudah tinggi," ujar Rini, kemarin. Dia tidak dapat sepenuhnya mengandalkan dana BLSM saja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Rini akhirnya terus menjadi buruh cuci di rumah warga untuk membiayai keperluan sehari-hari.

Piping Supinah, warga RT04/RW04 Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, Bogor, Jabar, memilih menggunakan dana BLSM untuk membiayai sekolah anak dan cucunya. Untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari, Piping masih kesulitan. Dia yang kini sudah tak bersuami mengandalkan bantuan anaknya yang sudah bekerja. ''Kalau mengandalkan BLSM, tidak akan cukup. Apalagi semua harga bahan pokok sudah naik,'' kata ibu tujuh anak itu.

Pemerintah menyediakan dana BLSM sebesar Rp 9,32 triliun. Target penyaluran BLSM sebanyak 65,7 juta orang atau 15,5 rumah tangga sasaran. Besaran BLSM adalah Rp 150 ribu per bulan selama empat bulan, pencairannya dilakukan dua kali, masing-masing Rp 300 ribu.

Harga berbagai komoditas di pasar-pasar tradisional di seluruh Indonesia mengalami kenaikan. Di Pasar Gamping, Sleman, Yogyakarta, harga naik karena jumlah permintaan yang lebih banyak dari hari biasanya karena mendekati Ramadhan.

Siti, pedagang di Pasar Gamping, mengatakan, harga daging ayam saat ini naik mencapai Rp 35 ribu per kilogram. Sedangkan, harga daging ayam sebelumnya hanya Rp 28 ribu. Sementara itu, untuk harga daging sapi mencapai Rp 95 ribu per kilogram dari Rp 92 ribu.

"Biaya transportasi naik, jadi naik. Mau puasa juga, biasanya juga naik, permintaan daging juga sedikit naik," kata Siti, Senin (1/7). Pantauan di Pasar Gamping, harga cabai rawit merah juga melambung tinggi menjadi Rp 45 ribu per kilogram.

Harga tersebut terpantau naik mulai hari ini yang sebelumnya harga cabai rawit merah berkisar Rp 28 ribu. Sedangkan harga cabai merah saat ini Rp 30 ribu dari Rp 28 per kilogram. Bawang merah dari Rp 20 ribu per kilogram menjadi Rp 28 ribu.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Juni 2013 sebesar 1,03 persen. Komponen yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah bensin yang menyumbang 0,34 persen dengan perubahan harga terhadap Mei 2013 sebesar 12,48 persen.

Daging ayam ras menyumbang inflasi 0,1 persen dengan perubahan harga 6,39 persen. Kenaikan ini tak lepas dari masih tingginya harga daging sapi. Akibatnya, masyarakat beralih ke daging ayam sehingga permintaan naik. n c10/c20/c71/m iqbal ed: m ikhsan shiddieqy

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement