Sabtu 29 Jun 2013 08:39 WIB
Intelijen AS

Obama: Tak Ada Barter untuk Snowden

A TV screen shows a news report of Edward Snowden, a former CIA employee who leaked top-secret documents about sweeping US surveillance programs, at a shopping mall in Hong Kong. (file photo)
Foto: AP/Vincent Yu
A TV screen shows a news report of Edward Snowden, a former CIA employee who leaked top-secret documents about sweeping US surveillance programs, at a shopping mall in Hong Kong. (file photo)

REPUBLIKA.CO.ID, DAKAR - Presiden AS Barack Obama mementahkan spekulasi adanya upaya barter politik untuk mengekstradisi pembocor dokumen intelijen AS Edward Snowden. Menurut Obama, AS tidak melakukan proses semacam itu, baik dengan Cina maupun Rusia. “Saya tidak akan membawa satu kasus tersangka yang sedang diupayakan untuk diekstradisi sampai pada satu titik saya harus memulai membuat kesepakatan dengan berbagai isu lain,” ujar Obama menegaskan dalam kunjungannya di Senegal.

Edward Snowden yang hengkang dari tempat persembunyiannya di Hong Kong, Ahad (23/6), kini masih berada di Bandara Sheremetyevo, Rusia. Snowden sepertinya masih menunggu keputusan dari Ekuador. Mantan karyawan Badan Intelijen AS (CIA) telah mengajukan suaka ke Ekuador atas saran pendiri Wikileaks Julian Assange.

Obama kembali menegaskan akan menggunakan cara hukum pada umumnya untuk mengekstradisi Snowden. Presiden Afro-Amerika pertama ini mengaku belum berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin ataupun Presiden Cina Xi Jinping secara personal menyangkut kasus Snowden. “Alasannnya, pertama ya memang seharusnya tidak perlu,” kata Obama. Lagi pula, lanjut Obama, Washington memiliki banyak urusan bisnis yang jauh lebih penting dengan Rusia dan Cina.

Ketika ditanya apakah AS akan menggunakan pesawat tempurnya untuk mencegat pesawat yang dinaiki Snowden seandainya dia meninggalkan Moskow, Obama menegaskan tidak perlu. “Tidak, saya tidak akan mengerahkan jet hanya untuk mendapatkan pembocor berusia 29 tahun,” ujarnya. AS telah terlebih dahulu melontarkan kekesalannya kepada kedua negara. AS kecewa dengan sikap Cina yang enggan mengekstradisi Snowden saat dia berada di Hong Kong.

Gedung Putih juga meradang dengan sikap Rusia yang tak mau mengekstradisi Snowden. Padahal, dia berada di bandara Moskow. Presiden Putin menegaskan Rusia tidak berurusan dengan AS. Keengganan pemerintahnya untuk tidak memulangkan buronan Washington itu lebih karena Snowden memang bukan ancaman bagi Rusia. Ditambah, Snowden saat ini masih di area transit bandara sehingga belum masuk wilayah yuridiksi Rusia.

Snowden membocorkan dokumen intelijen Badan Keamanan Nasional AS (NSA) yang berisi tentang pengumpulan jutaan data telekomunikasi warga serta penyadapan jaringan internet, termasuk jaringan media sosial, seperti Facebook.

Secara terpisah, Ekuador menarik diri dari pakta perdagangan dengan AS karena dinilai menjadi instrumen “pemerasan” oleh Washington menyusul keputusan negara itu mengkaji permintaan suaka Snowden. Hingga kini, Ekuador masih mempertimbangkan surat pengajuan Snowden. Presiden Ekuador Rafael Korea menilai masalah Snowden cukup rumit. Karena, sekarang dia belum bisa mencapai wilayah teritori Ekuador untuk memproses permintaan suaka. “Untuk itu, dia memerlukan izin dari negara lain,” katanya. n ap/reuters ed: teguh firmansyah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement