Kamis 27 Jun 2013 11:08 WIB

Hati-Hati Berikan Antibiotik pada Bayi, Mengapa?

Bayi baru lahir/ilustrasi
Foto: sheknows.com
Bayi baru lahir/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Bayi yang mendapatkan pengobatan antibiotik sebelum menginjak usia 12 bulan cenderung lebih mudah terkena eksim. Peneliti dari University of Nottingham dan the Aberdeen Royal Infirmary, Inggris, mengungkap temuan tersebut. Mereka memantau, risiko terkena eksim meningkat ekstra tujuh persen setiap kali bayi mendapatkan antibiotik untuk pengobatan berikutnya. 

Saat meriset, para peneliti mengkaji data dari 20 penelitian sebelumnya yang memeriksa kaitan antara paparan antibiotik sebelum lahir hingga tahun pertama kelahiran dengan terjadinya eksim. Mereka juga menganalisis jumlah pemberian antibiotik yang memperbesar risiko timbulnya masalah pada kulit. Eksim merupakan peradangan jaringan epidermis kulit yang membuat kulit menjadi kering, gatal, dan ruam yang hilang-timbul. 

Eksim membuat penderitanya merasa tidak nyaman, bahkan kesakitan. Tata laksananya melibatkan pengendalian gejala, tak ada obat untuk mengusir eksim. Pelembab dan krim steroid bisa membantu meringankan rasa tak nyaman. 

Di Inggris, kasus eksim makin banyak melan da. Setiap tahun dipastikan terjadi peningkatan jumlah penderitanya. Bahkan, pada 2009, kasus eksim meningkat hingga 40 persen. “Fenomena itu terjadi kemungkinan besar akibat peresepan antibiotik spektrum luas yang menekan mikroflora usus dan kondisi itu memengaruhi sistem imunitas hingga memicu timbulnya penyakit alergi,” jelas salah seorang peneliti, dr Teresa Tsakok, seperti dikutip dari The Independent. 

Temuan yang dimuat dalam British Journal of Dermatology ini meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan penggunaan antibiotik. Sementara itu, Reuters melaporkan, di Amerika Serikat telah dikembangkan kelas edukasi satu jam untuk dokter anak untuk membantu mereka meresepkan antibiotik secara rasional. Potensi resistensi antibiotik menjadi kekhawatiran utamanya. Penyalahgunaan atau penggunaan berlebihan obat ini kelak dapat membuat bakteri tak lagi responsif terhadap antibiotik tertentu. 

Salah satu strategi untuk mencegah kejadian itu ialah meresepkan antibiotik lebih spesifik untuk infeksi tertentu. Langkah ini lebih dianjurkan ketimbang meresepkan antibiotik spektrum luas yang dapat membinasakan banyak tipe bakteri. 

Penelitian yang dipimpin oleh Dr Jeffery Gerber dari Children’s Hospital of Philadelphia mengungkap, masih banyak dokter anak yang meresepkan antibiotik spektrum luas untuk kasus yang bisa ditangani dengan antibiotik spektrum sempit. “Kita harus memastikan anak-anak mendapatkan pengobatan yang terbaik untuk mena ngani infeksinya,” kata Gerber. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement