Rabu 19 Jun 2013 01:30 WIB
Abang-None Jakarta

Bukan Hanya Kontes ‘Kecantikan’

Abang None Cilik
Foto: Antarafoto
Abang None Cilik

REPUBLIKA.CO.ID, Muhammad Taufik Effendi kini menyandang status sebagai Abang Jakarta 2012. Hampir satu tahun lalu, ia berhasil mengalahkan 17 finalis Abang Jakarta lain dari enam wilayah berbeda.

Memasuki akhir masa jabatannya sebagai Abang Jakarta, Taufik berbagi suka duka menjadi duta Ibu Kota. Terlebih, menurutnya, ajang pemilihan Abang None (Abnon) tak sekadar kontes “kecantikan atau kegantengan” semata.

Jika umumnya kontes kecantikan memegang prinsip 3B, yakni Brain, Beauty, dan Behavior, Abnon memiliki prinsip sedikit berbeda. Menurut Taufik, Abnon memegang prinsip 4B, yaitu Brain, Beauty, Behavior, dan Budaya.

Nilai budaya inilah yang membedakan Abnon dengan ajang pemilihan duta-duta lainnya. “Kebudayaan Betawi mungkin sudah banyak yang melupakan. Nah, Abnon mengingatkan kembali bahwa budaya Betawi itu masih ada,” kata Taufik.

 

Kontes Abang None, menurut Taufik, selama ini berperan besar dalam melestarikan budaya Betawi terhadap generasi muda. Paling tidak, setiap tahun ada 36 anak muda yang masih melestarikan budaya Betawi. Selama ini, ada 18 finalis abang dan 18 finalis none yang ikut berkompetisi. Belum lagi, ratusan anak muda lain dari berbagai wilayah di Jakarta yang turut mengikuti proses seleksi.

Jika dalam satu wilayah ada 200 finalis yang mendaftar, dari enam wilayah setidaknya ada 1.200 anak muda yang memiliki minat pada budaya Betawi. Menurut Taufik, Abnon tak hanya bertugas sebagai duta, tetapi juga membantu pemerintah menjadi juru bicara bagi Ibu Kota. Melalui tangan-tangan dingin generasi muda ini pula ide-ide segar membangkitkan pariwisata Jakarta lahir.

Misal, seperti yang dilakukan Taufik dan teman-teman Abnon angkatan 2012. Beberapa waktu lalu, mereka mengadakan program Abnon for Children.  Di program tersebut, Taufik dan kawan-kawan mengajak sekitar 150 anak berkunjung ke Museum Bank Indonesia. Ide tersebut dilakukan untuk mengenalkan pariwisata, khususnya museum yang ada di Jakarta kepada anak-anak.

Tak hanya melulu berurusan soal pariwisata, Taufik dan Abnon lainnya pun rajin mengadakan berbagai kegiatan sosial. Selama ia merasa mendapat predikat sebagai Abang Jakarta, hampir tak ada dukanya. Jika ada, itu lebih pada beban status abang yang disematkan keadanya. “Dukanya, kalau kita benar, orang tidak ada yang mengingat. Tapi, kalau kita salah, tidak akan ada orang yang lupa,” ujar pria yang juga berprofesi sebagai pembawa berita tersebut.

Selama ini, kata Taufik, dukungan pemerintah, khususnya Dinas Pariwisata, memang sangat besar. Ini membangkitkan semangat generasi muda Jakarta untuk membawa Ibu Kota menjadi lebih baik ke depannya.

Ikut Meng-cover Isu Negatif

Menjadi finalis Abang None Jakarta ternyata juga mampu menumbuhkan rasa memiliki pada kota yang terkenal dengan kesemrawutannya ini.

Berbagai tempaan selama menjadi none sejak proses karantina hingga berbagai kegiatan yang dilalui setelah pemilihan, membuat Wakil II None Jakarta 2012 Reska Amalia merasa semakin mengenal Jakarta. Pepatah “tak kenal maka tak sayang” bagi Reska rasanya pas disematkan untuk Jakarta. Sebab, setelah mengenal lebih jauh Jakarta, terutama budayanya, Reska menjadi begitu menyayangi kota ini.

Dara yang tengah menyelesaikan skripsinya di jurusan Public Relation London School of Public Relation ini bahkan turut membantu meng-cover berbagai isu negatif soal Jakarta dengan caranya sendiri. “Abnon lebih dari sekedar duta pariwisata. Rasa memiliki pada kota ini membuat kita turut membantu meng-cover berbagai isu negatif di Jakarta,” ungkap Reska yang merasa semakin matang setelah mengikuti kontes Abang None Jakarta.

Contohnya, urusan macet sebagai masalah yang selalu dikeluhkan semua warga Jakarta. Sebagai none, ia pun berusaha membantu menjelaskan kondisi Jakarta kepada setiap warga yang mengeluhkan urusan macet padanya.

Abnon, ia melanjutkan, selama ini juga berfungsi sebagai corong pemerintah. Melalui mulut ke-36 finalis, Jakarta menjadi lebih terekspose. “Setiap tahun, Jakarta punya 36 finalis yang akan ‘menjual’ Jakarta. Sekaligus, jadi juru bicaranya ke manapun dan kepada siapa pun,” ujar Reska.

Meski dilahirkan dari keluarga asal Jambi dan Bandung, tak lantas melunturkan semangat Reska menjadi Duta Jakarta. Menurutnya, meski orang tuanya berasal dari kota lain tapi ia sendiri tumbuh besar di Jakarta. Sehingga, sudah sepatutnya ia juga membesarkan kota ini, salah satunya dengan mengangkat kembali budaya Betawi agar dikenal generasi muda.

Semakin Matang

Dua tahun terakhir ini, Maudy Koesnaedi ditunjuk menjadi juri bidang Tata Busana dan Penampilan dalam pemilihan Abang None (Abnon) Jakarta. Menurut mantan none tahun 1992 tersebut, banyak kemajuan pesat yang dialami ajang pemilihan Abnon Jakarta.

Salah satu yang dirasakan paling pesat, menurut Maudy, adalah keragaman latar belakang para finalis Abnon. Keragaman tersebut menunjukkan bahwa para finalis Abnon saat ini semakin berkualitas. “Sekarang, finalisnya ada yang dokter, pekerja kantoran, sampai mahasiswa S-1 dan S-2,” kata Maudy.

Tak hanya dari peserta, pihak penyelenggara, dalam hal ini Dinas Pariwisata Jakarta, pun kini lebih serius menggarap pemilihan Abnon. Terlihat dari berbagai workshop atau pelatihan yang diberikan kepada para finalis selama proses karantina.

Pelatihan, seperti pengenalan budaya Betawi hingga table manner, diharapkan Maudi dapat membentuk para Duta Jakarta menjadi lebih matang selepas berkompetisi. Sayangnya, menurut Maudy, setelah matang, para finalis Abnon ini harus mengakhiri masa jabatannya di Abnon. “Biasanya yang sudah-sudah, setelah training dan sudah lebih bagus dan pinter, nih mereka malah habis masa jabatannya,” ujarnya.

Namun, kata  Maudy, begitu banyak manfaat yang didapat dalam mengikuti ajang ini. Ia pun merasakan betul manfaat mengikuti pemilihan Abnon meski itu sudah berlalu hampir 21 tahun lalu.

Bukan hanya mendapat berbagai pengalaman yang akhirnya menjadi pembuka jalan akan kariernya saat ini. Maudy pun mengaku banyak belajar dari kontes tersebut.

Belajar lebih mandiri dan dewasa adalah dua hal yang paling ia rasakan. “Kita diajarkan bertemu dan menghadapi banyak orang dari berbagai level. Selain itu, kita belajar soal protokoler hingga belajar dandan sendiri di Abnon,” kata Maudy yang baru-baru ini memproduseri pertunjukan teater Abang None bertajuk “Soekma Djaja”. 

Bukan hanya Maudy yang berhasil menembus jagad hiburan melalui debutnya di Abnon. Sejumlah selebritas Tanah Air pun membuka karier mereka sebagai finalis Abnon Jakarta.

Sebut saja selebritas, seperti Krisna Mukti, Indra Bekti, Saiful Jamil, Venna Melinda, Tommy Tjokro, hingga mantan putri Indonesia Maria Selena. n gita amanda ed: setyanavidita livikacansera

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement