REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Harian Republika menyerahkan donasi Rp 1 miliar kepada Medical Emergency Rescue Committee (MER-C). Dana yang terhimpun dari ribuan pembaca ini untuk membantu pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, Palestina. “Sumbangan ini baru sebagian kecil dari pembaca Republika,” kata Pemimpin Redaksi Republika Nasihin Masha dalam penyerahan donasi di Jakarta, Senin (17/6).
Misi kemanusiaan yang sekarang sedang digarap MER-C adalah pembangunan RSI. Luas tanah yang dipakai sekitar 1,6 hektare dengan luas bangunan satu hektare. Rumah sakit ini bisa membantu penduduk Gaza yang memang terbatas dalam mendapatkan fasilitas hidup, termasuk kesehatan. “Ini misi kemanusiaan yang bagus, harus kita dukung,” ujar Nasihin.
Nasihin menganggap donasi dari para pembaca ini merupakan amanah yang harus disampaikan sebaik-baiknya. Untuk itu, Republika menggandeng MER-C. “Karena, jika kita menyerahkan sendiri langsung ke Gaza, kita tidak kompeten,” ujarnya. Di sisi lain, akan banyak biaya lainnya untuk operasional dan Republika belum mempunyai pengalaman dalam hal tersebut.
Daripada banyak dana terbuang untuk hal-hal seperti itu, lebih baik bermitra dengan lembaga yang sudah cakap. Dari sekian banyak lembaga yang mempunyai kemanusiaan di Gaza, kata Nasihin, MER-C adalah lembaga yang paling jelas karyanya. “Kita pilih mitra yang pas, jangan sampai bantuan ini tidak tepat sasaran,” katanya.
Nasihin mengatakan, dalam waktu tiga bulan para pembaca Republika mendonasikan dananya dan dana terkumpul hingga Rp 985 juta. “Kita beri tambahan Rp 15 juta supaya genap Rp 1 miliar.” Bantuan sebesar itu digunakan untuk pembuatan poliklinik di dalam rumah sakit tersebut. Ia berharap keberadaan RSI di Gaza bermanfaat besar bagi rakyat Gaza.
Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad mengatakan, misi yang diembannya di Gaza ini bermula dari sebuah mimpi. Awalnya, hanya ada Rp 15 miliar, tetapi kini telah terhimpun hingga ratusan miliar rupiah. Ada yang menganggap pembangunan merupakan hal mustahil. Apalagi, rencananya gedung rumah sakit berbentuk eksagon. Namun ternyata, pembangunan telah berjalan.
Bila telah sepenuhnya selesai, rumah sakit ini akan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Indonesia. “Bantuan dana ini tidak sia-sia,” ujarnya. Selain itu, rancangan proses pembangunan dari awal hingga akhir adalah dari arsitek-arsitek dari Indonesia. Bahkan, ia menegaskan, akan ada kegiatan-kegiatan lainnya di Gaza.
“Pembangunan rumah sakit ini bukanlah tujuan akhir,” ujar Sarbini. Menurutnya, masih banyak misi lain yang dilakukan MER-C untuk membantu warga Gaza. Ketua Divisi Konstruksi RSI di Gaza, Faried Thalib, menceritakan, awalnya ia banyak diremehkan banyak pihak saat mengungkapkan keinginan membangun rumah sakit di Gaza.
Kondisi di lapangan juga melahirkan tantangan tersendiri. Pertama kali tim MER-C datang, ternyata Gaza sulit ditembus. “Mau masuk ke Gaza saja susah apalagi mau membuat rumah sakit, dianggap mustahil kala itu,” ujarnya. Kala itu, ia bertahan di Kairo, Mesir, dan menunggu hingga sepuluh hari untuk bisa masuk Gaza. Namun, setelah sepuluh hari terlampaui, ia belum bisa masuk.
Saat itu, ia telah mengantongi dana dari para donator di Indonesia sebanyak Rp 5 miliar. Ia pun hampir putus tidak bisa melakukan jihad kemanusiaan di Gaza. Tapi akhirnya, ia berhasil menembus Gaza. Menurut Faried, perjuangannya dulu kini telah terbayar. Perlahan-lahan namun pasti rumah sakit tersebut berdiri.
Saat ini, proses pembangunan telah mencapai 62 persen. “Bangunan rumah sakit selesai pada Desember 2013 dan bisa berfungsi pada pertengahan 2014,” ujar Faried. n rosita budi suryaningsih ed: ferry kisihandi
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
