Selasa 11 Jun 2013 08:37 WIB
Intelijen AS

Pembocor Dokumen Intelijen AS Terungkap

Edward Snowden
Foto: AP/The Guardian
Edward Snowden

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Intelijen AS tak perlu lagi bersusah payah untuk mengetahui pelaku di balik bocornya dokumen rahasia Badan Keamanan Nasional (NSA). Seorang mantan pegawai CIA yang bekerja di salah satu kontraktor di Badan Keamanan Nasional (NSA) mengaku telah membocorkan program intelijen Paman Sam yang bertujuan untuk mengawasi penggunaan telepon dan jaringan dunia maya. Termasuk, media sosial seperti  Facebook.

Dalam wawancaranya dengan the Guardian, dia mengaku melakukannya atas keinginan melindungi kebebasan mendasar semua orang. Ditemui di sebuah hotel di Hong Kong, Edward Snowden (29 tahun) mengatakan telah memikirkan baik-baik sebelum memublikasikan detail program mata-mata NSA berkode PRISM ini. “Saya tidak memiliki niat untuk menyembunyikan siapa saya sebenarnya karena saya tahu saya tidak berbuat salah,” ujarnya. 

Ia merasa negaranya sedang membangun infrastruktur mesin yang tidak transparan dan tak bertanggung jawab dengan kemampuannya memata-matai setiap warga Amerika.  Washington Post yang sebelumnya juga memublikasikan dokumen intelijen itu mengonfirmasi Snowden sebagai sumber berita mereka. 

Jalan Snowden di dunia intelijen cukup berliku. Setelah gagal bergabung dengan pasukan AS di Irak akibat kecelakaan, dia sempat menjadi petugas keamanan di salah satu fasilitas rahasia NSA di Universitas Maryland. Dari sana dia lalu bekerja di bagian keamanan  teknologi informasi CIA.

Kemampuan dan pemahamannya di bidang komputer membuat kariernya naik dengan cepat. Pada 2007, CIA menempatkannya di Jenewa, Swiss. Tanggung jawabnya, yakni menjaga jaringan keamanan komputer. Dengan begitu, dia memiliki akses beragam dokumen rahasia.

Dia meninggalkan CIA pada 2009 dan memulai karier barunya di sebuah kontraktor swasta yang bekerja sama dengan NSA. Selama tiga tahun, dia mempelajari bagaimana aktivitas pengawasan yang dilakukan oleh NSA.

Tiga pekan lalu, dia mempersiapkan beragam dokumen untuk ceritanya yang akan dipublikasikan ke media. Di kantor NSA di Hawai, tempat dia bekerja, Snowden mengopi dokumen rahasia itu. Dia lantas memberitahukan kepada atasannya di CIA untuk istirahat sejenak. Pada 20 Mei, Snowden langsung beranjak ke Hong Kong yang menurutnya menjamin kebebasan berpendapat dan AS tak bisa mengekstradisinya. 

Salah satu alasan kuat dia melakukan ini karena melihat kebijakan Obama yang tak jauh berbeda dengan pendahulunya, George W Bush, yaitu mengekang hak privasi seseorang.  “Saya tak ingin hidup di lingkungan yang tidak ada privasi. Tidak ada ruang eksplorasi dan kreativitas,” ujarnya.

Menurut Snowden, NSA telah membuat infrastruktur yang memungkinkan untuk menjangkau semua hal. Dengan kemampuan itu, komunikasi semua manusia terekam secara otomatis.

“Jika saya ingin mengetahui isi e-mail Anda atau telepon istri Anda, saya cukup menggunakan program penyadapan itu. Saya bisa mendapatkan e-mail, kata kunci, rekaman telepon, bahkan nomor kartu kredit Anda,” kata Snowden.

Keputusan Snowden untuk memublikasikan identitasnya dan membongkar informasi penting keamanan Amerika telah mempermalukan Pemerintahan Barrack Obama. Keputusannya untuk muncul di depan umum juga memicu potensi ancaman dari otoritas Amerika.

Hal itu juga yang dikhawatirkan Snowden terhadap keluarga dan kerabatnya. “Saya khawatir tak dapat lagi berkomunikasi dengan mereka,” katanya. Sebagai pekerja kontraktor di bidang keamanan negara, Snowden memiliki penghasilan cukup layak, yakni mencapai 200 ribu dolar AS. 

Perusahaan kontraktor Booz Allen mengonfirmasi, Ahad (9/6), Snowden merupakan pegawainya yang baru tiga bulan ditempatkan di Hawaii. Mereka mengaku siap bekerja sama atas bocornya dokumen rahasia tersebut.

Direktur Intelijen Nasional James Claper mengecam pembocoran dokumen rahasia yang dinilainya sembrono. Menurutnya, program intelijen ini telah disetujui Kongres dan bertujuan untuk melindungi keamanan AS. Badan intelijen memperkarakan kasus ini ke Departemen Kehakiman. Juru Bicara Departemen Kehakiman Nanda Chitre mengatakan, pihaknya telah melakukan investigasi pendahuluan pembocoran dokumen rahasia oleh seseorang yang memiliki akses. n ap/reuters ed: teguh firmansyah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement