Jumat 07 Jun 2013 08:18 WIB
Calon Kapolri

Kandidat Kapolri Mengerucut

Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo berbicara pada rilis akhir tahun 2012 di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (28/12).
Foto: Republika/Prayogi
Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo berbicara pada rilis akhir tahun 2012 di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kandidat pengganti Jenderal Timur Pradopo sebagai kepala Kepolisian Republik Indonesia (kapolri) semakin mengerucut. Tiga perwira tinggi (pati) bintang tiga digadang-gadang punya peluang paling kuat.

Nama-nama para kandidat tersebut diungkapkan Wakapolri Komjen Nanan Soekarna di Jakarta, Kamis (6/6). Ketiga calon tersebut ialah pati saat ini memegang jabatan strategis di tiap bagiannya. “Ya, ada tiga yang paling bisa untuk sekarang: Sutarman (Kabareskim), Budi Gunawan (Kalemdikpol), dan Anang Iskandar (Kepala Badan Narkotika Nasional),” ujar Nanan di Jakarta, Kamis (6/6).

 

Nanan menegaskan, ketiganya merupakan sosok bintang tiga yang paling prospektif menggantikan Timur untuk dua sampai tiga tahun ke depan. Kendati demikian, ia tidak menampik adanya kemungkinan jenderal yang sampai saat ini masih berpangkat bintang dua untuk menyalip tiga calon tersebut. “Kita lihat saja nanti, semua kan tergantung kebijakan yang diambil (presiden),” ujar dia.

 

Perkataan Nanan itu diamini oleh Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas). Anggota Kompolnas M Nasser membenarkan bahwa ketiga nama tersebut memang menjadi calon terkuat. “Ya kira-kira seperti itulah. Tidak berbeda jauh dengan apa yang kami rumuskan,” kata dia kemarin.

 

Nasser mengatakan, Kompolnas sudah mengukur dengan baik seluruh Pati berbintang tiga yang nantinya patut untuk memimpin Polri. Menurut dia, dari sekian nama jenderal bintang tiga yang ada, ketiga nama yang Nanan sebutkan memenuhi kriteria paling mumpuni.

 

Selain masih memiliki masa bakti yang masih lama, Sutarman, Budi, dan Anang adalah jenderal bintang tiga yang dedikasinya sudah sangat diakui. Sutarman, dengan jabatan kabareskrim yang dia sandang, telah membuktikan dirinya sebagai motor Polri dalam memberantas kejahatan.

 

Kemudian, Anang yang menjabat kursi kepala BNN, menurut Kompolnas, bukan jenderal sembarangan. Indikasinya, ia ditempatkan di kursi tertinggi pemberantasan narkoba.

Sementara Budi Gunawan, sebagai Pati yang paling junior, berhasil menembus jajaran petinggi Polri dalam waktu cukup singkat. “Beliau-beliau ini berasal dari angkatan Akpol 1981-1984 yang paling berpotensi,” kata Nasser.

 

Senada juga dengan Nanan, ia menyinggung terbukanya kemungkinan pati bintang dua yang ikut merangsek dalam bursa kapolri. Hal ini terkait dengan kosongnya kursi wakapolri selepas ditinggal Nanan yang pensiun pada Juli nanti.

Nasser memperkirakan, sekira Juni nanti, seorang pati bintang dua sangat berpeluang ditunjuk menggantikan Nanan. Bintang dua yang menggantikan Nanan berpeluang mencuri langkah karena kapolri baru dilantik sekira bulan Agustus.

 

Selain itu, kisah pengangkatan Timur tiga tahun silam saat masih berbintang dua, lantas dalam satu bulan bisa meraih jabatan kapolri, mungkin saja terulang. “Nah, seperti itulah kenapa bintang dua juga masih bisa diperhitungkan,” ucap Nasser.

 

Sedikitnya, ada dua nama jenderal bintang dua yang dianggap paling kuat kemungkinannya merangsek ke jajaran petinggi Polri untuk menjadi kapolri. Mereka adalah para pemimpin yang memegang daerah dengan kualifikasi A. Di antaranya, Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Bayu Seno dan Kapolda Jawa Barat Irjen Tubagus Anis Angkawijaya.

Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengiyakan, pelantikan kapolri baru rencananya digelar pada bulan Agustus. Jadwal itu untuk menyeragamkan pergantian kapolri dengan pergantian panglima TNI. “Direncanakan juga berbarengan dengan rencana pergantian Panglima TNI. Memang akan berakhir pada bulan Agustus juga," kata Julian.

Selain itu, pergantian pada bulan Agustus juga dinilai bisa memaksimalkan kerja kapolri baru untuk mengamankan pelaksanaan Pemilu 2014. Walaupun begitu, kata Julian, karena pelantikan kapolri adalah wewenang presiden, jadwalnya bisa saja berubah di kemudian hari.

Julian menampik pergantian itu karena kinerja Kapolri Jenderal (Pol) Timur Pradopo mengecewakan. "Bahwa memang masih ada yang mengganggu dalam ketertiban dan keamanan, iya. Tapi, Polri telah bekerja sesuai dengan lingkup dan tugas mereka di bawah Kapolri Pak Timur Pradopo," tegasnya.

Ditambahkan Julian, proses pergantian Kapolri akan dilakukan sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku. Artinya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mempertimbangkan usulan dari berbagai pihak. Di antaranya dari Kompolnas dan Mabes Polri, meski nantinya keputusan akhir tetap di tangan SBY.

Sejatinya, kapolri belum perlu diganti tahun ini. Pasalnya, Jenderal Timur Pradopo baru memasuki masa pensiun pada Januari 2014. Anggota Komisi III dari Fraksi PPP Ahmad Yani menilai langkah percepatan pergantian kapolri sembrono.

“Ya sekarang mereka yang merasa berhak menjadi kapolri tentu mulai saling mengamati dan awas kepada sesama rekan di jajaran petinggi kepolisian,” ujar Ahmad Yani. Hal itu ia khawatirkan malah mengganggu kekompakan di tubuh Polri.

 

Terlebih, menurutnya, komisi III belum melihat adanya keterdesakan negara untuk mengganti pucuk pimpinan Korps Tri Bata itu. Meskipun tak dimungkiri, kondisi keamanan akhir-akhir ini terus bergejolak dengan semua peristiwa yang terjadi di Tanah Air. “Tapi, (kepemimpinan) Pak Timur itu saya lihat masih baik-baik saja. Kami dari Komisi III merasa tidak perlu ada calon yang direkomendasikan karena memang waktu pergantiannya belum tepat,” kata dia. n gilang akbar prambadi/antara ed: fitriyan zamzami

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement