Jumat 24 May 2013 08:40 WIB
Pilpres Iran

Ahmadinejad Menolak, Rafsanjani Menerima

Mahmoud Ahmadinejad
Foto: Reuters/Lucas Jackson
Mahmoud Ahmadinejad

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Presiden Mahmud Ahmadinejad tak bisa menerima keputusan Dewan Pengawal yang mencoret orang dekatnya, Esfandiar Rahim Mashaie, dari bursa calon presiden (capres) Iran. Menyebut keputusan ini tidak adil, Ahmadinejad akan membawa kasus itu ke pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Khamenei. Selain Mashaie, Dewan Pengawal juga mendiskualifikasi Akbar Hashemi Rafsanjani sebagai capres.

Dewan Pengawal tak menjelaskan secara rinci alasan pencoretan kedua tokoh itu. Hanya saja awal pekan ini, Juru Bicara Dewan Pengawal Abbas Ali Kadkhodai mengatakan, orang yang akan menjadi Presiden Iran mendatang haruslah yang berkompeten, salah satunya dari sisi kesehatan. Karena itu, dalam pernyataan yang disiarkan televisi al-Alam, 19 Mei silam, Kadkhodai menyarankan Rafsanjani yang kini berusia 78 tahun untuk tidak mencalonkan diri karena diperkirakan tak sanggup menghadapi tuntutan jabatan presiden.

Sedangkan, pencoretan Mashaie diyakini karena anak didik Ahmadinejad ini telah menjadi anggota eksekutif selama dua periode. Selain itu, Mashaie kerap memiliki pemikiran agama yang dipandang kontroversial oleh para ulama garis keras. Tak heran, sejak awal para pengikut Khamenei menentang pencalonannya.Ahmadinejad, seperti dilaporkan Aljazirah, Rabu (22/5), menyebut pencoretan Mashaie sebagai sebuah penindasan. “Dia telah menjadi korban ketidakadilan,” ujarnya dalam situs pribadinya.

Dalam pandangan Ahmadinejad, tak ada yang perlu diragukan dari sisi kemampuan Mashaie. Ia pun yakin Mashaie akan bermanfaat bagi Iran. Ahmadinejad juga membantah anggapan banyak orang bahwa Khamenei merasa mantan kepala stafnya itu sebagai ancaman. “Saya akan mengawal masalah ini sampai saat terakhir bersama dengan dia (Khamenei),” ujar Ahmadinejad, seperti dikutip ISNA.

Meski Ahmadinejad akan memperjuangkan Mashaie namun sejumlah pengamat ragu Mashaie bisa masuk lagi ke bursa capres. Hanya saja, penolakan keras Ahmadinejad terhadap keputusan para ulama di Dewan Pengawal menandakan telah terjadi transisi politik di Iran. Ahmadinejad sendiri, yang sudah dua kali terpilih sebagai Presiden Iran, tak mempunyai peluang lagi untuk berlaga di pilpres pada 14 Juni mendatang.

Meski tak berlaga pilpres, Ahmadinejad tetap menjadi sorotan. “Ia sebenarnya bisa saja berafiliasi dengan delapan kandidat itu, khususnya menawarkan program bantuan bagi pedesaan dan rakyat miskin,” kata Direktur Riset di Institut Washington, Patrick Clawson.

Setelah tak duduk di kursi presiden, menurut Clawson, Ahmadinejad bukan tak mungkin akan membentuk gerakan politik yang menjadi suara alternatif di Iran. Patut dicatat, Iran memiliki banyak faksi politik, mulai dari ultrakonservatif hingga liberal. “Jika memimpin faksi politik, ia bisa membentuk kekuatan oposisi yang besar." Berbeda dengan Ahmadinejad dan kubu Mashaie yang meradang atas keputusan Dewan Pengawal, kubu Rafsanjani tampak tenang.

Bahkan, seperti dikatakan Kepala Tim Kampanye Rafsanjani Eshaq Jahangiri, mantan presiden Iran yang kini berusia 78 tahun itu tak keberatan dengan keputusan Dewan Pengawal. Sejak awal, katanya, Rafsanjani mengikuti pencalonan ini berdasarkan aturan hukum yang berlaku dan keteguhan moral. Karena itu, jika sekarang didiskualifikasi, Rafsanjani pun akan menerima sesuai dengan hukum.

Meski menerima keputusan Dewan Pengawal, Rafsanjani mengkritik kepemimpinan Iran. “Mereka (pemerintah) menjalankan negara dengan sangat buruk,” kata Rafsanjani, seperti dikutip salah satu media oposisi, Kaleme. Karena itulah, Rafsanjani kembali mencalonkan diri sebagai presiden untuk memperbaiki pemerintahan yang dinilainya buruk tersebut. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement