Selasa 21 May 2013 01:27 WIB
Bencana di Freeport

Freeport Dinilai Lalai

Lokasi kejadian longsor di Terowongan Big Gossan, PT Freeport Indonesia, Tembagapura, Timika, Papua.
Foto: antara
Lokasi kejadian longsor di Terowongan Big Gossan, PT Freeport Indonesia, Tembagapura, Timika, Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Setidaknya dua serikat pekerja mendesak PT Freeport Indonesia bertanggung jawab penuh atas peristiwa rubuhnya ruang kelas bawah tanah di area Big Gossan, Mimika, Papua. Kejadian yang menewaskan belasan orang tersebut dinilai karena kelalaian PT Freeport.

"Kecelakaan tambang ini merupakan kejadian terburuk sepanjang sejarah 68 tahun Indonesia merdeka," ujar Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Kimia, Energi, Pertambangan, Minyak, Gas Bumi, dan Umum (FSPKEP),  Sjaiful DP di Jakarta, Senin (20/5). Menurutnya, kejadian di Big Gossan bisa diantisipasi  jika PT Freeport mengikuti secara konsisten melakukan proses produksi dengan mengutamakan keselamatan pekerja.

Sekjen FSPKEP SPSI Subiyanto menambahkan, Freeport keliru menjadikan ruang bawah tanah area Big Gossan menjadi tempat pendidikan dan pelatihan (diklat). Pasalnya, menurut pekerja setempat, sudah terdapat retakan-retakan di bagian atap ruang bawah tanah tersebut. "Bangunan itu sudah 15 tahun umurnya, apakah masih layak digunakan untuk diklat?" ujar Subiyanto.

Untuk menguatkan dugaan tersebut, ia mendesak pemerintah membentuk tim independen untuk menelaah kejadian di Big Gossan. Ia juga mendesak Freeport memberikan pelayanan pengobatan dan santunan kepada pekerja dan keluarga pekerja yang cedera tanpa membedakan status.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal meminta kepolisian mengusut unsur pidana dalam kejadian di Big Gossan. Menurutnya, kejadian di Big Gossan menunjukkan adanya kelalaian yang mengakibatkan korban jiwa.

Menurut Said, para pekerja sebelumnya sudah mengusulkan agar fasilitas pelatihan berada di luar areal pertambangan. Namun, usulan itu diabaikan. Ia juga mengatakan, langit-langit ruang pelatihan tertutup oleh eternit yang menyebabkan potensi kecelakaan tidak terlihat.

Kecelakaan di Freeport, menurut Said, bukan yang pertama kali. Pernah terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa pada 2003. Namun, menurutnya, tidak ada tindak lanjut hukum atas kejadian kala itu.

KSPI mendesak pemerintah untuk segera meratifikasi Konvensi Organisasi Buruh Internasional (ILO) Nomor 176/1995 tentang Keselamatan Pekerja di Pertambangan. Ia mengatakan, konvensi itu salah satunya mengatur mengenai pembuatan jalur alternatif untuk evakuasi.

Kecelakaan di Big Gossan terjadi pada Rabu (15/5) lalu. Saat itu, sebanyak 39 pekerja sedang mengikuti pelatihan di ruang kelas bawah tanah di Big Gossan. Langit-langit ruang kelas tiba-tiba rubuh dan menimbun 38 orang sementara seorang berhasil melarikan diri.

Investigasi

Pembelaan terhadap Freeport datang dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar. Hal itu ia sampaikan selepas melaporkan peristiwa di Big Gossan pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kemarin. “Freeport ini dalam pengawasan kita. Termasuk dalam K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) yang paling baik. Ini sungguh di luar dugaan,” kata dia.

Kendati demikian, Presiden SBY tetap meminta dilakukan penyelidikan terkait kecelakaan di Big Gossan. "Kita tahu perusahaan seperti Freeport memiliki sistem yang baik, namun karena terjadi musibah kita akan melaksanakan investigasi secara menyeluruh apa penyebabnya," kata Presiden di Istana Kepresidenan kemarin.

SBY mengungkapkan, beberapa pejabat dari Jakarta, termasuk Menteri ESDM Jero Wacik dan Menakertrans, berencana melihat langsung kondisi musibah longsor. Tapi, pihak Freeport tak memberikan izin.

“Permintaan dari Freeport di Tembagapura, sementara mereka ingin fokus, konsentrasi untuk jalankan tugas,” katanya. Mengutip petugas di lapangan, Presiden mengatakan proses evakuasi diharapkan selesai dalam satu atau dua hari mendatang.

Pihak Freeport melaporkan, sampai Senin (20/5) siang, sebanyak 14 korban tewas telah dievakuasi. Tiga korban yang berhasil ditemukan Senin pagi bernama Ma'mur, Petrus Frengo Marangkerena, dan Petrus Padak Duli. Tim penyelamat dari Freeport masih mencari sisa 14 korban lagi yang masih tertimbun.

Laporan berbeda disampaikan FSPKEP SPSI. Menurut laporan dari cabang serikat tersebut di Freeport, hingga kemarin sebanyak 29 korban telah dievakuasi. Perinciannya, 19 orang meninggal, 10 selamat, dan 9 masih dalam pencarian.

Lima orang korban selamat dirawat di Jakarta. Sedangkan, lima lainnya dirawat di Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua. n fenny melisa/irfan fitrat/esthi maharani ed: fitriyan zamzami

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement