Senin 13 May 2013 08:15 WIB
Penyerahan Senpi

Warga Morotai Serahkan 135 Senpi ke TNI

Senjata api sitaan (ilustrasi)
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Senjata api sitaan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Warga Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara (Malut), menyerahkan sebanyak 135 pucuk senjata api (senpi) rakitan dan organik kepada petugas TNI di daerah itu untuk diamankan. Warga masih menyimpan senjata api karena khawatir akan terjadi konflik lagi.

Kepala Penerangan Korem 152/Babullah Ternate Mayor Akhyar ketika dihubungi Antara di Ternate, Ahad (12/5), mengatakan, warga menyerahkan senpi secara sukarela karena mereka menyadari bahwa warga sipil tidak berhak menyimpan senjata api. Senpi tersebut sebagian merupakan peninggalan Sekutu pada Perang Dunia II, sebagian lagi dibuat oleh warga saat terjadinya konflik horizontal yang terjadi di wilayah Malut beberapa tahun silam.

Dari 135 unit senpi tersebut, tidak semuanya didapat dari Morotai, tapi ada juga yang didapat dari daerah lain, seperti di Lede Taliabu, Obi, Dum-dum, dan Galela. Sedangkan, dari semua senpi yang paling banyak terdapat di Morotai, sekitar 70 pucuk senpi terdapat di sangowo (Mortim), Wayabula (Morselbar), dan wilayah Kecamatan Morsel sendiri.

“Seluruh senjata api yang diserahkan warga Morotai tersebut telah dibawa ke Korem 152/Babullah untuk dimusnahkan. Pemusnahannya disaksikan oleh Wakil Gubernur Malut Abdul Gani Kasuba,” kata Akhyar. Pemusnahan tersebut bersamaan dengan senpi, amunisi, dan granat yang diserahkan warga dari daerah lainnya di Malut dan keseluruhannya tercatat 512 pucuk senpi, 169 butir amunisi, dan 14 buah granat tangan.

Ia mengatakan, Korem 152/Babullah memberi apresiasi kepada warga yang menyerahkan senpi tersebut secara sukarela dan diharapkan kepada warga yang masih menyimpannya segera menyerahkan ke petugas terdekat. Korem 152/Babullah Ternate dan seluruh jajarannya di berbagai pelosok di Malut, selama ini gencar memberikan pemahaman kepada warga agar tidak menyimpan senpi karena hal itu melanggar ketentuan.

Warga masih banyak yang menyimpan senjata api. Ini disebabkan karena mereka khawatir akan terjadi lagi konflik. Tapi, melihat keamanan di Malut yang semakin kondusif, mereka memutuskan tidak perlu lagi menyimpan senjata api itu dan menyerahkannya ke TNI.  Proses pemusnahan senjata api dilakukan di terminal Pelabuhan A Yani Kota Ternate dalam sebuah upacara bersama TNI-Polri. Petugas memotong senjata tersebut dengan gerjaji mesin.

Menurut Danrem 152 Babullah, Kolonel Infanteri Kosasih Azis, khusus untuk pemusnahan peluru, prosesnya akan dilakukan secara terpisah. Sementara, untuk senjata rakitan pemusnahan dilakukan dengan menggunakan pemotong besi.

Kosasih menambahkan, pemusnahan ini dilakukan untuk mencegah konfilk antarwarga dan konflik antarpendukung kandidat calon gubernur dan wakil gubernur yang berlangsung pada 1 Juni 2013 yang kerap mengunakan senpi.

Sebelumnya, Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Eko Wiratmoko mengakui, warga di Maluku masih ada yang memiliki senpi, baik organik maupun rakitan ilegal. “Hasil pantauan dari sejumlah pertikaian antarwarga maupun penyisiran, mengindikasikan senjata api ternyata masih ada di tangan masyarakat, sehingga bila terjadi bentrokan mengakibatkan jatuhnya korban,” kata Pangdam di Ambon, Selasa.

Begitu pun bahan peledak (handak) dan amunisi berbagai jenis senpi laras panjang maupun pistol. “Kami masih mengintensifkan pengawasan asal pasokan barang-barang tersebut yang kenyataan sering juga mengakibatkan personel TNI-AD maupun polisi meninggal atau terluka saat melerai pertikaian,” kata dia, beberapa waktu lalu.

Bahan baku pembuatan handak itu penyebarannya hampir merata di Maluku. Kalau dulu, handak hanya dimanfaatkan untuk mengebom ikan, saat ini digunakan untuk saling membunuh sesama anak bangsa Indonesia. n antara ed: joko sadewo

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement