Sabtu 11 May 2013 01:42 WIB
Konflik Afghanistan

Karzai Izinkan AS Bercokol di Afghanistan

Presiden Afghanistan Hamid Karzai
Foto: AP
Presiden Afghanistan Hamid Karzai

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pemerintah Afghanistan menawarkan kesepakatan baru untuk membiarkan Amerika Serikat (AS) mempertahankan basis militernya di negeri tersebut. Pernyataan ini mengisyaratkan ketergantungan pemerintah Hamid Karzai terhadap pasukan AS pascapenarikan militer asing pada 2014.

''Kami setuju dengan memberikan negara kami sebagai basis militer AS,'' kata Presiden Afghanistan Hamid Karzai seperti dilansir New York Times, Jumat (10/5). Menurut dia, hubungan keamanan Washington dan Kabul adalah positif untuk situasi di Afghanistan.

Pernyataan Karzai kali ini membingungkan kalangan internasional. Sebab, selama ini pemerintah Afghanistan menghendaki agar pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang dikomandoi AS segera angkat kaki dari negara itu.

Kesepakatan untuk itu pun sudah mulai terealisasi. AS dan sekutunya telah secara bertahap menarik pasukannya. Saat ini hanya tersisa 66 ribu prajurit. Jumlah tersebut menurun dari 100 ribu pada 2010. AS dan Afghanistan pun telah setuju untuk mengakhiri ''pendudukan'' itu pada 2014.

Namun, menurut Karzai, kesepakatan untuk menarik pasukan asing bukan berarti penghentian kerja sama militer antara dua negara. Bahkan, kata dia, negara mana pun dipersilakan untuk menjadikan Afghanistan sebagai salah satu basis militernya di kawasan ini.

Dalam hal ini, terdapat sembilan wilayah di Afghanistan yang  mungkin diinginkan AS untuk menjadi basis militer. Di wilayah tengah adalah Kabul dan Bagram. Di wilayah utara, AS menginginkan Mazar-e-Sharif dan Jalalabad. AS pun menyukai Gardez yang strategis lantaran dekat dengan Pakistan. AS juga menghendaki basis militer di wilayah Provinsi Kandahar dan Helmand, sebab di sana masih bercokol kelompok Taliban. Di bagian barat, AS kemungkinan mempertahankan Shindand dan Herat.

Bagi Karzai, ada kompensasi yang mesti ''dibayar'' AS jika mempertahankan sembilan basis militer tersebut. Kabul mengharapkan adanya peningkatan komitmen dua negara untuk pemulihan keamanan dan peningkatan bantuan ekonomi jangka panjang. ''Ini untuk menjawab kondisi keamanan pascapenarikan pasukan,'' kata dia.

Sementara di Washington, Gedung Putih mengatakan AS tidak sedang melakukan intervensi terkait keberadaan basis-basis militer tersebut. ''AS tidak mencari cara mempertahankan sembilan pangkalan militernya di Afghanistan secara permanen,'' kata Juru Bicara Kepresidenan Jay Carney, seperti dilansir Channel News Asia, Jumat (10/5).

Carney mengatakan, Presiden Barack Obama punya komitmen untuk kembali ke rencana awal, yakni menarik seluruh pasukan AS dari negeri tersebut pada 2014. ''Setelah 2014, pasukan AS hanya hadir atas permintaan pemerintahan di Kabul.''

Di tempat berbeda, Kanselir Jerman Angela Merkel mendadak berkunjung ke Afghanistan, Jumat (10/5). Merkel bersama Menhan Jerman Thomas de  Maiziere menyambangi basis militer Jerman di Kota Mazar-i-Sharif.

Tak disebutkan maksud kunjungan mendadak tersebut. Laman Alarabiya melansir, kunjungan Merkel terkait dengan tewasnya tentara Jerman akhir pekan lalu di kawasan utara Afghanistan. Jerman adalah bagian dari tentara bantuan NATO. Jerman menjadi negara dengan jumlah pasukan terbesar ketiga di Afghanistan setelah AS dan Inggris. n bambang noroyono ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement