Senin 29 Apr 2013 01:22 WIB
Kredit Bermasalah

Proyeksi Kredit Bermasalah Naik

Suku bunga kredit/ilustras
Foto: ist
Suku bunga kredit/ilustras

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) meningkatkan proyeksi pertumbuhan rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan nasional tahun ini. Kredit bermasalah tahun 2013 diperkirakan tumbuh cukup signifikan akibat belum pulihnya ekonomi global dan adanya sejumlah sentimen negatif dari dalam negeri.

Direktur Eksekutif Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Mulya Siregar menyatakan, BI sebelumnya memproyeksikan NPL pada kisaran 1,5 persen hingga dua persen. Namun kini, prediksi bank sentral berubah menjadi 1,6 persen hingga 2,1 persen. “Ini karena situasi global belum stabil sehingga meningkatkan risiko kredit,” ujarnya, akhir pekan lalu.

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga diperkirakan akan meningkatkan NPL. Namun, BI belum menghitung pengaruhnya lebih jauh. Menurutnya, kredit macet tertinggi akan dirasakan sektor konstruksi. Sementara, sektor kelistrikan akan membukukan rasio kredit bermasalah paling rendah.

BI juga memprediksi adanya perlambatan pertumbuhan kredit tahun ini. Kredit hanya akan tumbuh antara 21,7 persen-23,6 persen. Padahal, sebelumnya pertumbuhan kredit diperkirakan sekitar 22,5 persen-24,3 persen. Bank sentral juga merevisi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dari kisaran 17,5 persen hingga 18,5 persen menjadi 17 persen hingga 17,9 persen.

Kenaikan NPL sudah tampak pada Bank Pembangunan Daerah (BPD). Data statistik BI per Februari 2013 menunjukkan rasio kredit bermasalah BPD melonjak naik 53 basis poin menjadi 2,59 persen dari 1,96 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Rasio kredit bermasalah mengalami kenaikan hampir di seluruh segmen lapangan usaha BPD. Kredit macet tertinggi terjadi pada kredit kontruksi sebesar 12,08 persen, kredit pertanian dan perburuan sebesar 7,09 persen, serta kredit pedagang besar dan eceran sebesar 5,61 persen.

Pengamat perbankan Bank Internasional Indonesia (BII) Josua Pardede mengatakan, kenaikan rasio kredit macet disebabkan gencarnya penyaluran kredit BPD. Hal ini tampak dari  rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) BPD yang naik menjadi 74,42 persen pada Februari 2013 dari 67,61 persen pada periode sama di tahun sebelumnya.

Ketua Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) Eko Budiwiyono mengatakan, NPL BPD selalu meningkat di awal tahun dan bukan disebabkan ekspansi kredit ke skala nasional. “Pada tiga bulan pertama tahun ini, kredit BPD agak turun karena kredit kepada kontraktor pemerintah daerah (pemda) sudah dilunasi. Namun, pekerjaan pemda masih dalam tahapan tender. Itu menyebabkan outstanding kreditnya turun dan rasio NPL naik.

Selain BPD, kenaikan NPL pun tampak di sejumlah daerah, salah satunya di Riau. Asisten Direktur Perwakilan BI Riau M Abdul Madjid Ikram mengungkapkan, tingkat NPL keseluruhan di Riau mencapai 3,39 persen pada triwulan I 2013. Angka ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya, hanya 2,36 persen.

Posisi kredit bermasalah paling tinggi di wilayah tersebut terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir. NPL di area ini mengkhawatirkan dan telah melampaui ambang batas. “NPL-nya mencapai tujuh persen, padahal batas minimal BI hanya lima persen,” katanya. Tingginya NPL diperkirakan karena kurang bagusnya prospek ekonomi dan sektor riil di daerah tersebut. n satya festiani/antara ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement