Sabtu 27 Apr 2013 01:24 WIB
Krisis Solar

Krisis Solar Segera Diakhiri

Solar habis
Foto: antara
Solar habis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) berjanji akan segera mengatasi kelangkaan solar bersubsidi. Bahkan, BUMN ini menjamin kelangkaan tak akan lagi terjadi.

Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan menyatakan, mulai Sabtu (27/4) kelangkaan tidak akan terjadi lagi. “Memang butuh waktu agak lama dua kali 24 jam,” ujarnya, Jumat (26/4). Hal senada juga dikatakan Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya. Menurutnya, Pertamina sudah menambah jatah solar bersubsidi 50 hingga 100 persen dari kuota normal.

Ia pun menjamin antrean solar bersubsidi sudah terurai di beberapa wilayah, baik Kalimantan, Sulawesi, maupun Sumatra. Hanya saja, khusus wilayah Rembang, Jombang, Lumajang, dan Kediri kelangkaan masih akan terjadi karena kondisi jalan yang rusak dan jarak tempuh yang jauh. 

Hingga kini, Pertamina sudah menggelontorkan solar bersubsidi sebanyak 21.500 kiloliter (kl). Ke depan, perusahaan akan menggelontorkan 25 ribu kl per hari. Pertamina mengaku, kelangkaan terjadi karena kuota solar bersubsidi dibatasi. Kuota solar bersubsidi tahun ini turun delapan persen dari tahun lalu.

Padahal, pertumbuhan mencapai tujuh persen. Sehingga, sebenarnya konsumsi solar subsidi masyarakat kurang 15 persen dari kuota. Agar solar bersubsidi tak cepat habis kuotanya, Pertamina berjanji akan mengatur jatah yang ada.

Selain berjanji membereskan kelangkaan solar, Pertamina juga menjamin infrastruktur penunjang kebijakan dua harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Jakarta, Bekasi, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sudah siap digunakan.

General Manajer Fuel Retail Marketing Pertamina Region 3 (DKI, Jabar, Banten) Hasto Wibowo menyatakan, kelengkapan ini meliputi tanda pembeda stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan penunjuk arah SPBU untuk konsumen. Menurut Hasto, agar masyarakat tak kebingunan mencari SPBU yang tepat, penanda jenis SPBU sudah akan dipasang setiap 50 meter sebelum lokasi SPBU.

Pemetaan lokasi SPBU juga sudah dilakukan. “Tapi, titik-titik ini nanti akan kita evaluasi lagi pada 10 hari  setelah eksekusi perdana,” katanya. SPBU juga akan dibagi empat jenis, yakni SPBU yang khusus menjual Premium dan solar dengan harga baru, SPBU yang menjual Premium harga baru dan solar dengan harga lama, SPBU yang menjual Premium dengan harga lama dan solar harga baru, dan yang menjual Premium harga baru dan solar harga lama.

Pertamina pun bakal menambah kuota BBM bersubsidi yang disalurkan untuk Jabodetabek. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kebingunan masyarakat akibat harga baru. Jatah baik BBM Premium atau solar akan ditambah 10 persen dari total kebutuhan harian per hari.

Premium akan disalurkan menjadi 18.500 kl per hari dari sebelumnya 11.500 hingga 12 ribu kl, sedangkan solar dari 4.500 kl menjadi sekitar lima ribu kl. Ini juga akan dilakukan di wilayah lain, yakni Jawa Barat dan Banten.

Selain itu, akan ada tambahan lain menjadi 10 persen atau menjadi 27 hingga 28 ribu kl per hari. Meskipun Pertamina telah melakukan sejumlah persiapan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum juga memastikan opsi yang diambil untuk mengendalikan pembengkakan alokasi subsidi untuk BBM. “Saya akan putuskan dalam waktu dekat setelah tim melaporkan secara resmi kepada saya hasil pengujian di lapangan,” katanya. n sefti oktarianisa ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement