Senin 22 Apr 2013 08:10 WIB
APEC

APEC Capai Konsensus Percepat Putaran Doha

SBY sedang menyampaikan pidato di depan para chief executive officer dal am APEC CEO Summit di Vladivostok, Rusia, Sabtu (8/9). SBY menjadi salah satu pembicara utama dalam pertemuan para pengusaha yang masih merupakan rangkaian dari KTT APEC.
Foto: Nasihin Masha/Republika
SBY sedang menyampaikan pidato di depan para chief executive officer dal am APEC CEO Summit di Vladivostok, Rusia, Sabtu (8/9). SBY menjadi salah satu pembicara utama dalam pertemuan para pengusaha yang masih merupakan rangkaian dari KTT APEC.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Menteri perdagangan anggota APEC mencapai konsensus untuk mempercepat penyelesaian “Putaran Doha”, dan menyatakan akan menggunakan berbagai forum untuk mendorong komunitas di luar Asia Pasifik agar segera menyatakan sikap yang sama.

“Pertemuan antarmenteri perdagangan (MRT) ini menghasilkan sikap yang jelas dan kuat untuk segera meningkatkan usaha penyelesaian Putaran Doha menjelang pertemuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Bali Desember mendatang,” kata Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan saat membacakan hasil MRT-APEC di Surabaya, Ahad (21/4).

Gita berharap sikap tersebut dapat memengaruhi negara-negara di luar Asia Pasifik untuk segera mencapai kesepakatan terkait perbedaan pandangan dalam Putaran Doha atau Doha Development Agenda (DDA).

Beberapa sikap forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (Asia Pasific Economic Cooperation/ APEC)  terkait negosiasi DDA adalah menyerukan kepada negara-negara untuk menahan diri dari kebijakan proteksionisme dan mematuhi kesepakatan multilateral yang telah dicapai di WTO.

Sementara, Cina dan Australia akan segera mengundang 20 sampai 30 negara non-APEC untuk bertemu di Jenewa pada beberapa minggu ke depan untuk mengomunikasikan hasil dari pertemuan Minister Responsible for Trade (MRT)  yang berakhir kemarin  di Surabaya, Jawa Timur.

“Kami menaruh perhatian yang besar pada kesuksesan pertemuan WTO yang akan membahas DDA di Bali tahun ini dan inisiatif untuk mengomunikasikan hasil MRT-APEC Surabaya ini kepada negara-negara lain adalah wujud dari percepatan usaha penyelesaian persoalan itu,” kata Menteri Perdagangan Australia Craig Emerson pada kesempatan yang sama.

Selain pertemuan tingkat menteri di Jenewa, forum yang akan digunakan negara-negara APEC untuk mendorong kesuksesan negosiasi Putara Doha adalah Konferensi Tingkat Tinggi G-20 yang akan berlangsung di Rusia pada September tahun ini.

Rusia sebagai tuan rumah pertemuan tersebut menyatakan siap k menggunakan forum tersebut untuk mendorong negara lain mengikuti sikap APEC. “Kami sangat mengapresiasi hasil MRT-APEC ini terkait dengan sikap bersama dalam persoalan DDA. “Kami akan mencoba menyosialisakan sikap tersebut dalam pertemuan G-20,” kata Wakil Menteri Pembangunan Ekonomi Rusia Alexey Likhachev.

Sikap dari negara-negara APEC tersebut merupakan jawaban dari harapan WTO yang sehari sebelumnya meminta dukungan dari Asia Pasifik soal negosiasi Putaran Doha.

Wakil Direktur Jenderal WTO Alejandro Jara pada Sabtu (20/4)  mengatakan bahwa APEC dapat menjadi mesin politik yang dapat menekan negara-negara anggota WTO lain untuk menyetujui satu usulan dalam Putaran Doha.

Sebelumnya, Gita mengatakan pertemuan MRT-APEC yang diselenggarakan pada 20-21 April 2013 di Surabaya harus menghasilkan manfaat bagi para pelaku usaha kecil. “Mereka harus memperoleh akses yang lebih baik terhadap kemajuan teknologi, sumber daya keuangan keterbukaan pasar ekspor, dan sistem logistik,” katanya, Sabtu (20/4).

Selain itu,  Indonesia for Global Justice (IGJ) menilai forum kerja sama ekonomi Asia pasifik (APEC) di Surabaya berpotensi memperluas liberalisasi perdagangan dan memperparah defisit perdagangan Indonesia.

Direktur Eksekutif IGJ M Riza Damanik menegaskan, pihaknya tidak menyarankan Indonesia bekerja sama dengan APEC. “Kerangka kerja konektivitas kawasan ekonomi APEC dimaksudkan untuk memperluas liberalisasi perdagangan di Kawasan Asia Pasifik dan memuluskan proposal Trade Facilitation pada Konferensi Tingkat Menteri ke-9 organisasi perdagangan dunia (WTO) pada Desember 2013 mendatang,” ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (21/4). n c62/c74/antara ed: irwan kelana

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement