Sabtu 16 Feb 2013 16:06 WIB

Serena Williams Kembali ke Nomor Satu

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Heri Ruslan
Serena Williams, petenis Amerika Serikat, menangis terharu setelah memastikan diri menjadi petenis nomor satu dunia usai mengalahkan petenis Cheska, Petra Kvitova, di perempat final Qatar Terbuka di Doha pada Jumat (15/2).
Foto: Reuters/Fadi Al-Assaad
Serena Williams, petenis Amerika Serikat, menangis terharu setelah memastikan diri menjadi petenis nomor satu dunia usai mengalahkan petenis Cheska, Petra Kvitova, di perempat final Qatar Terbuka di Doha pada Jumat (15/2).

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Serena Williams kembali merangkak ke rangking pertama petenis putri dunia di usianya yang ke-31. Butuh perjuangan panjang bagi Serena untuk mencicipi lagi posisi puncak tersebut.

Petenis asal Amerika itu harus melaju sampai di babak semifinal Qatar Terbuka agar bisa menggantikan posisi Victoria Azarenka. Dia mengangkat satu jarinya serta menyeka air matanya saat mengalahkan mantan juara Wimbledon Petra Kvitkova di perempat final dengan skor 3-6, 6-3, 7-5 dan berhasil melaju ke semifinal.

"Saya telah melewati banyak hal dan saya tidak menyangka bisa berada di posisi ini lagi," ujarnya seperti dilansir dalam laman AP, Sabtu (16/2).

Serena menjadi petenis tertua kedua yang duduk di rangking pertama dunia. Seniornya, Christ Evert menjadi petenis tertua pertama pada 1985 di usia yang sama yakni 31 tahun. Butuh perjalanan yang panjang bagi Serena untuk bisa merebut posisi puncak, sejak lengser pada 2002 lalu.

Tak lama setelah memegang gelar juara Wimbledon 2010 lalu, kakinya terkena pecahan kaca ketika dia keluar dari sebuah restoran di Jerman. Akibatnya dia harus menjalani operasi untuk kaki kanannya tersebut. Selain itu, dia juga mengalami pembekuan darah pada paru-parunya sehingga dia harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Karena kondisi kesehatannya yang terganggu, Serena kehilangan kesempatan untuk merebut posisi pertama dari petenis muda Caroline Wozniacki. Perjuangan Serena tak pernah berhenti dan dia memiliki impian untuk membuat rekor seperti seniornya, Chris Evert. Pada 2012, dia membuat debut comeback dengan merebut gelar juara di Wimbledon, Amerika Terbuka, kejuaraan WTA, dan menyabet emas di Olimpiade. Namun sayang, dia kehilangan satu pertandingan setelah kalah di babak pertama Paris Terbuka dan langkahnya untuk meraih posisi puncak kembali kandas.

Di awal musim grand slam Australia Terbuka tahun ini, dia juga gagal meraih gelar juara karena cedera pergelangan kaki. Beberapa kali gagal meraih rangking teratas, membuat Serena berpikir untuk berhenti bermain tenis. Menrutnya, mungkin dia tidak akan pernah menang di grand slam atau turnamen lainnya.

"Menjadi nomor satu selalu menjadi mimpi saya. Saya pernah berada di posisi itu dan senang rasanya bisa kembali lagi," katanya.

Sementara itu, Ketua Woman's Tennis Association (WTA), Stacey Allaster mengatakan, ini adalah prestasi luar biasa untuk seorang petenis yang telah bermain selama belasan tahun. "Dia bisa memperkuat tenis dan menjadi ikon global bagi wanita di dunia olahraga," ujarnya.

Sedangkan, petenis nomor tiga dunia, Maria Sharapova mengatakan, kembalinya Serena di rangking pertama menunjukkan adanya kekuatan yang konsisten bagi pemain yang berusia tua. Menurutnya, saat ini ada pergeseran generasi, mungkin lima atau sepuluh tahun lalu banyak pemain muda yang mendominasi. Namun, saat ini pemain seperti Li Na dan Serena mampu menunjukkan kekuataannya dengan baik.

"Ini menunjukkan bagaimana mereka menjaga kesehatannya dan tetap berusaha keras untuk menunjukkan performa yang terbaik, di dunia tenis mungkin hal itulah yang bisa dicapai bagi pemain seusia Serena," kata petenis yang akan menghadapi Serena di semifinal Qatar Terbuka itu.

Serena Williams lahir di Michigan 26 September 1981, dia pertama kali bermain tenis pada usia lima tahun dan menjadi petenis profesional di usianya yang ke 14 tahun pada September 1995. Serena pertama kali menduduki rangking pertama pada 8 Juli 2002 dan merupakan satu-satunya petenis wanita yang telah memenangkan prize money lebih dari 40 juta dolar Amerika.

Selama belasan tahun menjalani karir profesionalnya di dunia tenis dia telah menyandang 30 kali gelar grand slam. Terdiri dari, 15 gelar untuk tunggal, 13 gelar di ganda putri, dan dua gelar di ganda campuran. Selain itu, dia juga memegang gelar juara tiga kali WTA Tour Championship yakni pada 2001, 2009, dan 2012.

Tak hanya itu, Serena juga menyabet empat kali medali emas di Olimpiade. Dua medali dia dapatkan untuk tunggal putri dan ganda putri di Olimpiade 2012 lalu. Sedangkan dua lainnya diraih saat Olimpiade 2000 di Sydney dan 2008 di Beijing, untuk nomor ganda putri.

"Saya tidak pernah menyerah dan saya selalu berusaha berjuang semaksimal mungkin, semampu saya," ujar Serena.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement