Kamis 31 Jan 2013 12:08 WIB

Camilan Sehat untuk Balita, Apa Sajakah?

Rep: Reiny Dwinanda/ Red: Endah Hapsari
Pilih camilan sehat agar tetap langsing
Foto: dailyglow.com
Pilih camilan sehat agar tetap langsing

REPUBLIKA.CO.ID, Usia balita merupakan masa pesat tumbuh kembang anak. Tentunya, ia perlu nutrisi yang cukup sebagai bahan bakar beraktivitas, cadangan energi, serta gizi yang cukup untuk pertumbuhannya. Bagaimana cara jitu memenuhi kebutuhan tersebut?

Untuk menjawabnya, Ida Ruslita Amir SKM MKes terlebih dulu mengajak orangtua melihat besaran kalori yang diperlukan anak. Di usia 4-6 tahun, mereka memiliki kebutuhan harian 1.750 kalori dan 32 gram protein. "Sedangkan, di usia tujuh sampai sembilan tahun, mereka harus mendapat asupan 1.900 kalori dan 32 gram protein," ungkap Ida.

Ida memaparkan fondasi penting bagi kesehatan anak di masa depan ditentukan oleh asupan gizi di masa kecil. Idealnya, mereka makan tiga kali sehari dan mendapatkan camilan dua kali tiap harinya.

Apa jadinya anak tanpa kudapan? Ida mengungkapkan saat waktu makan berikutnya belum tiba, kadar gula darah anak merosot secara alamiah. "Kondisi itu ditandai dengan timbulnya kantuk pada pukul 10 pagi, misalnya," jelas dia.

Persoalannya, untuk mendapatkan camilan, anak lebih suka jajan. Mereka sering disodori makanan yang belum terjamin nilai gizi. "Selama bertahun-tahun, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia memantau persentase makanan jajan anak SD yang dicampur zat berbahaya masih tinggi," kutip Ida.

Ida yang juga pengurus Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) ini mengajak orangtua menyediakan kudapan yang enak dan bervariasi. Snack untuk anak dapat disediakan orangtua tanpa harus merogoh kocek lebih dalam. Gunakanlah aneka ragam bahan pangan yang tersedia di sekitar. "Alangkah baiknya jika kudapan dibuat sendiri oleh orangtua di rumah," kata Ida dalam konferensi pers Yes! Main Yuk (Invitation to Play), akhir Januari (22/1) di Jakarta.

Untuk membuatnya, jangan tiru kudapan yang dijajakan hanya mengandalkan rasa asin. Penganan kecil macam itu tinggi kadar natrium dan penyedap rasanya (MSG). "Sebaliknya, jadikan waktu pemberian snack sebagai cara untuk mengenalkan jenis makanan lain sekaligus pelengkap gizinya," cetus Ida.

Bolu, puding, es krim plus susu, es buah adalah contohnya. Seluruh kudapan yang mengandung susu tersebut dapat membuat anak makan tanpa perlu dibujuk. "Snack hendaknya mengandung 100 sampai 150 kalori dan diberikan setelah makan pagi dan beberapa saat usai makan siang," papar Ida.

Terkadang, Anda juga dapat mengambil inspirasi dari jajanan pinggir jalan. Cilok dan cireng, misalnya. "Lengkapi dengan 'cocolan' yang tak kalah nikmat, seperti selai atau cokelat," tutur Ida.

Jika dana Anda benar-benar terbatas, jangan berkecil hati. Ada alternatif kudapan bergizi. "Bahan makanan yang mudah didapat seperti ubi dan singkong terkenal berkalori tinggi dan juga baik untuk ditawarkan bahkan ke anak zaman sekarang," kata Ida.

Buah-buahan lokal juga dapat menjadi pilihan snack yang menyehatkan. Dari situ, anak akan mendapatkan serat dan aneka vitamin. "Lalu, jika anak tidak suka sayur, selipkan dalam kroket atau risoles." Ida memberi ide.

Jika tidak sempat berkreasi di dapur, belilah snack yang sehat bergizi. "Kenalkan pada anak, apa saja yang bisa dikonsumsinya," presenter kondang Dik Doank berbagi tips.

Tentang snack dalam kemasan, Dik menyarankan agar orangtua jeli memilih. Pastikan kudapan tersebut dibungkus secara higienis. Dik juga melihat anak sering makan sambil berlari, main, dan mengobrol. "Carilah kudapan yang mudah dibawa, dimakan sambil bermain," tandas ayah yang memiliki ratusan anak asuh ini dalam kesempatan lain.

Terhadap ratusan merek snack yang ada di pasaran dan gencarnya iklan di berbagai media massa, bagaimana cara terbaik menyikapinya? Ida mengajak agar orangtua mau meluangkan waktu memperhatikan label informasi gizi, tanggal kedaluwarsa, dan nomor registrasi BPOM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement