Selasa 30 Oct 2012 15:38 WIB

Menyambut Panggilan Haji dari Tanah Austria

Berfoto bersama sebagian jamaah haji 1433H dari Austria.
Foto: Wapena
Berfoto bersama sebagian jamaah haji 1433H dari Austria.

Labbaik Allahumma Labbaik... 

Musim haji kembali hadir menyapa bumi. Di sana ada rangkaian ibadah yang begitu besar keutamaannya. Ibadah lengkap nan sempurna. Perpaduan antara gerak jasadiyah, ketunduk-patuhan ruhaniyah, serta pengorbanan maaliyah.

Ibadah yang sanggup membawa perubahan positif pada hamba-Nya, menuju pemurnian aqidah dan pemaknaan yang benar tentang hakikat kebahagian. Sebagaimana perubahan radikal yang dialami dan diceritakan oleh seorang ilmuwan muslim Austria terkemuka, yang bernama Muhammad Asad alias Leopold Weiss, pada buku terkenalnya yang bertajuk The Road to Mecca. 

Tak dapat dipungkiri, musim haji selalu memperbarui warna indah pada sanubari insan-insan yang beriman. Setiap tahun, simponi ketundukan dan kesyukuran itu akan mengalun sama. Ada gembira dan syukur berselimutkan rasa tak sabar membuncah di dada para calon jamaah haji yang sebentar lagi akan berangkat ke Mekkah. Ada kerinduan berpadu memori indah yang tergambar ulang dalam benak mereka yang sudah pernah dijamu Allah di rumah suci-Nya.

Namun, ada pula rindu berbalut air mata yang semakin mengkristal di dada dan jiwa mereka yang sangat menantikan untuk segera dapat hadir di sana. Meski dengan berharap pada lembaran-lembaran rupiah yang dikumpulkan satu per satu, yang entah sampai kapan dapat tercukupi untuk mewujudkan impian mereka menjumpai Allah di Baitullah. Belum lagi, jika harus berhadapan dengan kuota haji yang tidak seimbang dengan jumlah pendaftar haji setiap tahunnya.

Muslimin dan muslimat yang berada di Austria dan Eropa pada umumnya, patut banyak bersyukur dalam hal ini. Di sini, seorang muslim dapat segera mendaftar haji dan berangkat tahun itu juga jika ongkos telah siap, tanpa harus menunggu bertahun-tahun, seperti yang dialami oleh calon jamaah haji tanah air.

Setiap tahun, kuota haji di negara-negara kawasan Eropa cenderung tidak terpenuhi. Dengan menyiapkan biaya sekitar 3.600 euro (45 jutaan rupiah), mereka yang sudah berniat, dengan izin Allah, tidak mengalami kesulitan berarti untuk dapat segera berangkat.

Tahun ini, ada 10 orang warga WAPENA yang dimudahkan jalannya oleh Sang Khalik untuk melaksanakan niat suci menunaikan ibadah haji. Mereka adalah jamaah WAPENA yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura. Usia mereka pun beragam, mulai dari remaja usia belasan tahun sampai mereka yang sudah berumur.

Menyadari bahwa ibadah haji membutuhkan persiapan matang dan harus dikerjakan dengan optimal dan sempurna, maka WAPENA memfasilitasi terselenggaranya beberapa sesi pelatihan manasik haji untuk membekali para calon jamaah haji ini dengan bekal pengetahuan dan ruhiyah yang mantap. Selain dilaksanakan di Masjid As-Salam milik WAPENA, pelatihan-pelatihan manasik haji tersebut juga diselenggarakan di rumah-rumah warga. 

Memahami hakikat dan hikmah ibadah haji

Sebelum hari keberangkatan, seperti tahun-tahun sebelumnya, WAPENA menyelenggarakan agenda pelepasan jamaah haji WAPENA. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2012, di Masjid As-Salam WAPENA. Ustadz Lutfi Firdaus Munawar Lc, mahasiswa S2 di King Saud University Riyadh, didaulat untuk menjadi pembicara online pada kegiatan istimewa ini. 

Dalam tausiyahnya, beliau memaparkan tentang hakikat dari ritual ibadah haji ini, yakni sebagai sarana untuk mengembalikan kesucian diri. Sepulang dari tanah suci, seseorang diharapkan akan lebih lurus hidupnya, bertambah amalan-amalan baiknya, serta lebih dekat hubungannya kepada Allah SWT.

Seorang haji hendaknya meng-azzam-kan dalam dirinya untuk sepenuhnya menyerahkan sisa hidupnya dalam  mencapai keridhoan Allah SWT. Mengoptimalkan semua potensi yang dimilikinya untuk mencapai kebahagian dan keselamatan di dunia, maupun di akhirat kelak. Inilah parameter dari predikat haji mabrur. Sesuatu yang menjadi impian para jamaah haji, karena begitu besarnya keutamaan yang diperoleh dengan predikat tersebut, yakni janji surga Allah SWT.

Ustadz Lutfi juga menambahkan, bahwa ibadah haji merupakan momen pengembalian jati diri kita sebagai hamba Allah yang sarat akan makna. Makna-makna itu disimbolkan dalam praktik ibadah haji, dalam berbagai bentuk kewajiban dan larangan yang ada di dalamnya. Haji mengajarkan kita akan kesetaraan, persatuan, ketundukan, keikhlasan, kegigihan, tawakkal dan nilai-nilai keimanan lainnya.

Keberangkatan jamaah

Sesuai jadwal, rombongan pertama jamaah haji WAPENA bertolak dari Kota Wina pada tanggal 11 Oktober 2012. Rombongan yang terdiri dari 8 orang ini berangkat dengan menggunakan jasa sebuah biro perjalanan Haji dan Umroh, yang tahun ini memberangkatkan sekitar 200 orang calon jamaah haji dari Austria.

Suasana haru mewarnai pemberangkatan rombongan pertama haji WAPENA ini. Nuansa keharuan yang sama juga mengiringi keberangkatan rombongan kedua, seminggu berikutnya. Kelompok kecil yang terdiri dari pasangan suami-istri diplomat di KBRI/PTRI Wina, berangkat menuju kota suci Mekkah melalui penerbangan Jordan Air. Kedua calon jamaah haji ini akan bergabung dengan rombongan Haji Luar Negeri (Luneg). 

Sambutlah "panggilan itu" dimanapun berpijak

Demikianlah sepenggal kisah dari para tamu Allah, yang menyambut seruan agung Nabi Ibrahim. Seruan yang dikumandangkan oleh bapak para nabi sejak ribuan tahun lalu ini, disambut dengan keimanan yang berwujud ketaatan dari sholihin dan sholihat yang mendiami tanah kelahiran Mozart, Austria. 

Siapapun dia dan bagaimanapun keadaannya, tiada salahnya untuk senantiasa menyiapkan diri dalam menyambut seruan mulia ini. Tentunya, diawali dengan keihklasan niat serta usaha nyata untuk bersegera mewujudkannya.

Sungguh, rencana untuk berhaji bukan hanya milik mereka-mereka yang sudah berkecukupan. Karena Allah tidak memanggil mereka-mereka yang mampu. Namun, Allah akan memampukan orang-orang yang hatinya telah terpanggil.

Rubrik ini bekerja sama dengan komunitas Wapena

www.wapena.org 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement