Senin 22 Oct 2012 16:56 WIB

Catatan Tinggal di Eropa (XI) Transit

pe
Foto: ppi
pe

REPUBLIKA.CO.ID,Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama (QS.4:71)

Mungkin karena antusias ataupun takut nanti terlambat sampai di bandara, maka kesepakatan yang diambil untuk perjalanan ke Eropa, adalah dari Malang akan berangkat jam 3 pagi.  

Padahal pesawat Air Asia terbang jam 9 pagi ke Kuala Lumpur. Jadi sampai bandara Juanda masih jam 4.30 saat subuh. Masih ada waktu lima setengah jam di bandara Juanda. Kelihatan kalau semua sudah kebelet mau ke Eropa.  Dari lima orang yang berangkat bersama-sama, tiga orang berangkat dari Malang.  

Meskipun hanya tiga orang, ternyata barang bawaannya menyeramkan.  Pihak travelpun harus bersusah payah mengaturnya.  Saat itu kebetulan penumpangnya penuh dengan tambahan dua orang penumpang lainnya.  Maka dengan sangat terpaksa, kami harus duduk berdampingan dengan kopor sebagai teman perjalanan, karena bagasi tidak muat. Satu orang berangkat dari Jakarta ke bandara Juanda (Mas Lazuardi Alif).  Sewaktu kami tanya setelah bertemu di bandara, “berangkatnya kapan?”.  Beliau menjawab “kemarin”.  “Lho terus tidur dimana”  sahut kami.  Maka dengan santainya beliau menjawab “ya tidur di bandara”.  Wah hanya karena takut terlambat dan tidak tahu medan akhirnya beliau memutuskan untuk bertahan di bandara, melawan hawa dingin malam dan berbantal kopor besar.  

Ternyata beliau lebih kebelet lagi ke Eropa dibanding kami karena dibela-belain tidur di bandara. Satu orang lagi (Mas Ahmad Syaiful Badar), berangkat dari Sampang ke bandara Juanda.  Beliau orang terakhir yang datang ke bagian pemberangkatan. Sewaktu kami tanya kok datang paling akhir, beliau menjawab kalau sebenarnya beliau sudah lama datang di bandara.  Walah ternyata semua kebelet ke Eropa karena datang ke bandara dulu-duluan. 

Lha terus selama itu ada dimana?  Beliau menjawab ada di masjid bandara sambil nunggu sholat subuh dan sarapan. Alasan yang simpel namun dapat dipahami karena ternyata beliau ….. membawa rombongan keluarga besaaar.  Seperti orang Madura yang mau naik haji, diantar rombongan beramai-ramai, diselingi dengan pelukan dan cium tangan, diiringi tabuhan rebana dan ditingkahi nyanyian.  Salatullah ….   Salamullah …. Ala toha rasulullah…..

Penulis: Wahyu Widodo, sekarang sedang Post Doctoral di Portugal atas biaya Erasmus Mundus

Rubrik ini bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia

sumber : PPI
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement