Kamis 02 Aug 2012 17:20 WIB

Cina dan Skandal Bulu Tangkis Olimpiade

Torsten Berg (kanan), wasit kehormatan berbicara dengan pebulu tangkis Indonesia, Greysia Polli (kiri) setelah memberikan kartu hitam pada Polli dan pasangannya Meiliana Jauhari serta lawannya Ha Jung-eun dan Kim Kin-jung dari Korea Selatan, dalam penyisih
Foto: AP Photo
Torsten Berg (kanan), wasit kehormatan berbicara dengan pebulu tangkis Indonesia, Greysia Polli (kiri) setelah memberikan kartu hitam pada Polli dan pasangannya Meiliana Jauhari serta lawannya Ha Jung-eun dan Kim Kin-jung dari Korea Selatan, dalam penyisih

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh AR Loebis/Antara

Biasanya skandal yang paling mencuat dalam dunia olahraga adalah masalah doping,  namun pada Olimpiade London 2012 terjadi skandal baru, yaitu mempermainkan permainan, sehingga dianggap mengenyampingkan semangat Olimpiade.

Hal paling menyakitkan, skandal itu menimpa atlet Asia dan di antaranya dua atlet Indonesia, pasangan ganda putri Greysia Polii dan temannya Meiliana Jauhari, yang langsung didiskualifikasi sehingga harus mengemasi koper mereka bersama dua atlet Cina dan empat atlet Korea Selatan.

Berita besar menghiasi seluruh media massa di 120 negara yang mengikuti Olimpiade, karena memainkan permainan yang dianggap merupakan skandal dan tentu saja lebih heboh ketimbang kejuatan awal saat panitia Olimpiade salah menampilkan bendera Korea Utara di lapangan sepak bola.

Para pemain yang dikeluarkan adalah ganda unggulan pertama Cina Yu Yang dan Wang Xiaoli, pasangan Korea Selatan Jung Kyung-eun dan Kim Ha-na, serta Ha Jung-eun dan Kim Min-jung, serta Greysia Polii dan Meiliana Jauhari.

Empat pasang ganda puteri ini dinilai sengaja mengatur pertandingan dengan cara mengalah agar dapat bertemu saingan yang lebih enteng dalam babak selanjutnya.

Tapi masalah timbul, media melaporkan mereka mengecewakan 4.800 penonton di Wembley Arena.

"Penonton ingin menyaksikan permainan terbaik dari para pebulu tangkis terbaik dunia, tetapi mereka disuguhi dengan tingkah-polah memalukan ketika pukulan mereka sengaja nyangkut di net atau dipukul keluar garis," demikian laporan media asing.

"Lelucon mereka diperlihatkan kepada seluruh dunia, di depan penonton yang tidak percaya hal itu akan terjadi," tulis media internasional.

Federasi Bulu Tangkis Dunia (WBF) tidak ingin seperti memakan buah simalakama, sehingga untuk menyelamatkan pamor bulu tangkis yang sedang disorot dunia, mereka menjatuhkan hukuman diskualifikasi kepada delapan pemain itu.

"Kami harus mengambil sikap tegas, karena telah terjadi pelanggaran kode etik serta melanggar sportivitas olahraga," demikian pernyataan WBF.

Tapi sayangnya, itu bukan hal baru dalam dunia bulu tangkis, karena para pemain dan pelatih mengeluhkan budaya manipulasi yang terjadi dalam tur profesional selama bertahun-tahun. Karena ini pertandingan Olimpiade, maka WBF harus mengambil sikap keras.

"Selalu ada pembicaraan dalam tim Cina siapa yang akan menang lebih dulu, jika tim mereka akan saling bertemu atau merencanakan untuk saling bertemu," kata tunggal putera Jerman Marc Zweiber.

"Korea juga melakukan hal serupa dalam kejuaraan Piala Thomas lalu," katanya.

"Telah ada perbincangan selama musim ini bahwa Cina mengatur dan menetapkan pertandingan mereka," kata Zweiber.

"Saya kita BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) telah melakukan sesuatu untuk mengatasi ini tapi harus lebih tegas lagi," katanya menambahkan.

Format Pertandingan

Kalau pemain Cina, Yu Yang, mengundurkan diri dari dunia bulu tangkis, Indonesia meminta penyelenggara Olimpiade untuk meninjau ulang format pertandingan bulu tangkis, seperti diungkapkan Menpora Andi Mallarangeng.

"Indonesia selalu menghargai nilai dan semangat Olimpiade serta permainan yang sportif," kata Andi.

"Kami menghormati keputusan Federasi Bulu Tangkis Dunia, tetapi kami ingin agar sistem kompetisi itu ditinjau ulang," katanya, mengomentari sistem pool yang baru diterapkan pada Olimpiade ini.

Sedangkan Polii mengatakan Kamis, bahwa ia tidak berusaha untuk kalah.

"Bagi saya sebagai pemain, tentu keputusan ini menjatuhkan mental kami dan tidak adil. Kami sudah berusaha bertarung keras. Tapi perjuangan kami sudah finis," kata pemain berusia 24 tahun itu, yang akan merayakan ulang tahunnya minggu depan, seperti tertulis dalam Twitter.

"Tidak masalah apa yang sudah terjadi. Kami sudah melakukan apa yang dapat kami perbuat. Kami tidak pernah ingin jadi pecundang. Kami menginginkan kemenangan dari setiap pertandingan yang kami lakoni," katanya.

"Kami amat menyesal dan minta maaf kepada semua orang. Saya tahu ini amat menyakitkan bagi saya dan teman saya. Kami harus berusaha berbesar hati," katanya.

Komite Olimpiade Internasional mengatakan bahwa cabang bulu tangkis tetap masuk program Olimpiade tapi cabang olahraga itu jelas harus melakukan pencarian jati diri dan menelan pengalaman pahit ini untuk memperbaiki citra yang terlanjur buruk.

Skandal bermula ketika pasangan Denmark menang mengejutkan melawan unggulan kedua Cina Tian Qing dan Zhao Yunlei di babak penyisihan puteri dan hal ini memicu rantai masalah hingga delapan pemain dikeluarkan dari Olimpiade.

"Saya sangat senang sebagai salah satu orang yang menciptakan seluruh masalah yang menyebabkan kemarahan ini," kata kepala pelatih Denmark Lars Uhre.

"Saya tahu Cina akan melakukan yang terbaik untuk memberikan hasil terbaik bagi negaranya, jadi ini bukan kejutan -- ini adalah sistem yang buruk."

Fabrice Vallet, pelatih tim Prancis, mengatakan bahwa para pemain pantas dikeluarkan dan mereka harus berperilaku baik di hadapan dunia pada ajang olahraga setiap empat tahun sekali itu.

"Jika kita ingin bersatu di Olimpiade, kita harus menunjukkan kita mampu bermain dalam semangat Olimpiade. Semangat Olimpiade adalah kejujuran dan itu hal utama," kata Vallet.

Pemain Cina, Yu Yang, yang menjadi korban "trial and error" sistem pool pada penyisihan turnamen itu, dengan menyedihkan mengatakan, "Ini kompetisi saya terakhir. Selamat tinggal BWF, selamat tinggal bulu tangkis kecintaan saya."

Olimpiade London 2012 sudah "memakan korban", bukan karena kalah menghadapi lawan di lapangan, melainkan tersingkir sebelum bertanding, alias menjadi korban karena sistem baru pertandingan.

Satu yang pasti, skandal ini akan menjadi pembicaraan pada setiap Olimpiade dan yang memprihatinkan, menimpa cabang favorit Indonesia, atlet Indonesia, serta sumber perolehan medali emas Indonesia sejak Olimpiade Barcelona 1992.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement