Rabu 11 Jul 2012 22:51 WIB

Kenapa Suara PKS Bisa Anjlok?

Rep: Mansyur Faqih/ Red: Hafidz Muftisany
Massa kampanye Hidayat-Didik
Foto: Hidayatdidik.net
Massa kampanye Hidayat-Didik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengatakan, tak lolosnya pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini karena dukungan terhadap Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sudah tak sekuat yang lalu. Setidaknya tak sekuat pada saat pemilu 2004 ketika PKS berhasil menang untuk wilayah DKI Jakarta.

''Terus terang, memperhatikan hasil survei sebelumnya yang dirlis banyak lembaga, memang hasil quick count ini mengagetkan. Tapi bagi LSI memang dari awal melihat kalau pertarungan sebenarnya itu antara Foke dan Jokowi,'' kata peneliti LSI, Burhanuddin Muhtadi, di Jakarta, Rabu (11/7).

LSI sendiri menempatkan pasangan Hidayat-Didik di urutan ketiga dalam quick count dengan perolehan 11,96%

''Pada 2004 PKS jadi pemenang (di Jakarta). Namun pada 2009 Demokrat yang menang dan PKS anjlok,'' tambah Burhanuddin.

Ia menjelaskan, pada pilgub 2007, Adang Darajatun yang menjadi calon dari PKS mendapat banyak dukungan. Pasalnya, selain PKS masih memiliki dukungan yang kuat, juga karena komposisi calon yang hanya ada dua.

Bahkan, dukungan terbanyak dari Adang bukan berasal dari PKS. Melainkan dari suara non-PKS. Sehingga, Adang mendapat dukungan suara dari partai selain PKS. Yaitu, mereka yang anti dengan status quo yang menjadi citra dari kompetitor Adang, yaitu Fauzi Bowo pada saat itu.

Tahun ini, komposisi suara lebih variatif lantaran pasangan yang maju ada enam. Ini membuat suara yang sebelumnya ke PKS menjadi pecah. Sehingga membuat dukungan untuk HNW tak mencapai 100 persen.

''Diperparah dengan HNW yang tak didukung oleh partai pemenang pemilu, yaitu Demokrat,'' tambah Burhanuddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement