Jumat 22 Jun 2012 20:44 WIB

'Si Otak' Jerman

Bastian Schweinsteiger
Bastian Schweinsteiger

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jika mendengar nama panggilannya, mungkin Anda pun akan ikut menyepelekan pemain tengah Jerman, Bastian Schweinsteiger.

'Schweini' dan 'Piggy' adalah dua nama panggilan Schweinsteiger. Namun, Pelatih Jerman Joachim Loew punya panggilan khusus, 'The Brain'.

Schweini memang otak lini tengah Jerman. Ia bahkan menerima pujian dari sang legenda sepakbola Brazil dan dunia, Pele, "Jika saya menjadi seorang pelatih, saya menginginkan pemain seperti dia di tim saya."

Schweinsteiger, jika diibaratkan dalam istilah baseball, adalah pemain yang punya lima kunci kemampuan (five tool player).

Ia memang pemain tengah super komplet dengan kecepatan, kemampuan teknik, dan kecerdikan luar biasa. Pun, ia punya kemampuan sebagai pemain tengah sekaligus pencetak gol.

Setelah menunjukkan dua assist di pertandingan perdana Jerman melawan Belanda, Schweinsteiger menunjukkan ia mampu memimpin tempo permainan Der Panzer.

"Ia punya kemampuan, kekuasaan, pesona, dan gol. Ia punya segalanya," ungkap Michael Ballack, mantan pemain Jerman.

Lahir pada 1984 di Kolbemoor, sebuah kota dengan populasi di bawah 5 ribu jiwa, keluarga Schweinsteiger mengelola bisnis ski.

Pada masa mudanya, Schweinsteiger sudah menunjukkan kepiawaiannya mengolah si kulit bundar. Dan pada usia 14 tahun, ia berkomitmen untuk bermain sepakbola profesional dengan bergabung bersama klub sepakbola muda Bayern Munchen.

Penampilan pertamanya di laga internasional adalah sebagai gelandang kanan. Pada 2007-2008 posisinya dipindah ke tengah oleh Louis van Gaal.

Perpindahan posisinya ini membuatnya leluasa mendominasi pertandingan dan memberikan keuntungan bagi Bayern Munchen dan timnas Jerman.

Pada Piala Dunia 2006, Schweinsteiger menjadi pahlawan Jerman dengan menyumbang dua gol saat pertandingan perebutan juara ketiga melawan Portugal. Pada Piala Eropa 2008, Schweinsteiger tampil buruk, bahkan mendapatkan kartu merah.

Pada Piala Dunia 2010, lagi-lagi Schweinsteiger gagal mengantarkan Jerman menjadi juara dunia dan hanya mendapat posisi ketiga.

"Harus ada waktu di mana saya akan memenangkan satu gelar internasional untuk Jerman. Saya tak ingin memenangkan 20 pertandingan, namun pensiun tanpa mempersembahkan satu trofi pun kepada Jerman. Saya tidak mau," ungkap Schweinsteiger.

Akankah harapan Schweinsteiger terwujud pada Piala Eropa 2012 ini?

Dengan Jerman menjadi tim favorit di perempat final melawan Yunani, Schweinsteiger tampaknya akan lebih termotivasi untuk menemukan kembali ritme permainannya, setelah mengalami cedera yang mengharuskannya istirahat selama dua bulan.

Schweini harus berhati-hati. Trauma kegagalan mengeksekusi penalti saat laga final Bayern Munchen melawan Chelsea masih menghantui. Tendangan penalti Schweini ditepis oleh kiper Chelsea Petr Cech.

Merasa tertekan dan trauma akibat kegagalan tersebut, Schweinsteiger sempat tak mengacuhkan Loew. Namun, ia kemudian menjelaskan trauma yang dihadapinya.

"Setelah kecewa berat, saya mati rasa. Saya benar-benar terpuruk," kata Schweinsteiger.

Dan membawa Jerman memenangi gelar juara Eropa untuk keempat kalinya pasti bisa menjadi pengalaman yang luar biasa bagi Shcweinsteiger. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement