Jumat 01 Jun 2012 10:41 WIB

Asyik, Makan Coklat 10 Tahun Bisa Lindungi Jantung

Konsumsi coklat setiap hari bermanfaat bagi tubuh, asalkan tidak melebihi 6 gram atau satu potong kecil.
Foto: corbis
Konsumsi coklat setiap hari bermanfaat bagi tubuh, asalkan tidak melebihi 6 gram atau satu potong kecil.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON  - Berita gembira buat para penggemar coklat! Pasien berisiko tinggi yang terus-menerus mengonsumsi cemilan berwarna gelap tersebut dikatakan bisa terlindung dari serangan jantung dan stroke.

Satu studi ilmiah tampaknya bisa membuat sumringah hati para penggila coklat dengan menyatakan bahwa makan coklat gelap setiap hari selama 10 tahun dapat mengurangi ancaman kesehatan.

Satu tim peneliti dari Australia menggunakan model matematika guna meramalkan dampak kesehatan jangka panjang dari konsumsi coklat hitam setiap hari pada 2.013 orang. Mereka diketahui memiliki kondisi sindrom metabolis, yang membuat mereka menghadapi resiko tinggi sakit jantung.

Tim tersebut mendapati skenario kasus terbaik, tak ada pasien yang tak mengonsumsi coklat setiap hari, dan teknik itu berpotensi mencegah 70 serangan jantung atau stroke tak mematikan serta 15 yang mematikan per 10.000 orang selama 10 tahun.

Para peneliti itu, yang pekerjaan mereka disiarkan di British Medical Journal pada Jumat (1/6), menegaskan dampak perlindungan tersebut baru diperlihatkan oleh coklat gelap yang berisi sedikitnya 60 sampai 70 persen cocoa.

Namun para ahli yang tak terlibat dalam studi tersebut memberi peringatan. "Saran buat konsumsi coklat gelap setiap hari tentu saja akan membuat orang dengan sindrom metabolis jadi bergairah. Namun pada tahap ini, temuan ini masih bersifat perkiraan dan bukan bukti, dan hasilnya memerlukan data dalam kehidupan nyata untuk konfirmasi," kata Kenneth Ong dari Brooklyn Hospital Center di Amerika Serikat.

"Saya menduga konsumsi coklat gelap setiap hari selama 10 tahun mungkin memiliki konsekuensi yang tak diduga," ia menambahkan sebagaimana dikutip Reuters. "Asupan kalori dan gula tambahan mungkin berdampak negatif bagi pasien di dalam studi ini, jika mereka bertubuh gemuk dan memiliki glukosa yang tak bisa mentolerirnya."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement