Senin 21 Nov 2011 10:16 WIB

Perjuangan Dokter Mata di Pedalaman Papua (1)

dr Yanuar Ali, SpM (kanan) saat memeriksa mata pasien di RSUD Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Papua.
Foto: Republika/Chairul Akhmad
dr Yanuar Ali, SpM (kanan) saat memeriksa mata pasien di RSUD Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, PUNCAK JAYA – Dokter Yanuar Ali, SpM adalah salah seorang dokter mata yang bertugas di Rumah Sakit (RS) Dian Harapan, Jayapura, Papua. Hampir seluruh kawasan pedalaman Papua telah ia jelajahi demi mengemban misi kemanusiaan dalam pelayanan kesehatan masyarakat.

Pertama kali bertugas sebagai dokter ia diterjunkan di daerah Asmat, Pantai Kasuari, Papua, pada 1992-1995. Di Asmat terdapat Balai Pengobatan misi (misionaris) yang dikelola oleh salah seorang dokter mata warga negara Belanda bernama SH Oei. Tak lama kemudian, balai pengobatan ini diserahkan kepada Yayasan Dian Harapan. Yayasan inilah yang mendirikan RS Dian Harapan di Jayapura.

Waktu itu, Yanuar merangkap sebagai dokter umum pemerintah di Puskesmas Kamur, Pantai Kasuari dan Balai Pengobatan di Bayun. Pada 1998, Yanuar ditawari oleh RS Dian Harapan untuk melanjutkan sekolah spesialisasi. Tapi ia diminta mengambil spesialisasi mata.

"Kenapa harus mata harus? Ternyata Dian Harapan tengah membangun poli mata dengan dokter Belanda tersebut. Saya diharapkan dapat melanjutkan usaha dr Oei," tutur Yanuar.

Ia kemudian disekolahkan di Universitas Sam Ratulangi, Manado. Yanuar menyelesaikan pendidikannya pada 2003. Ia kemudian kembali ke Jayapura untuk melanjutkan misi RS Dian Harapan dalam melayani pemerataan kesehatan di Papua.

Papua adalah kawasan luas yang tak terjangkau oleh layanan kesehatan. Angka kebutaan di provinsi paling ujung timur Indonesia ini termasuk tinggi, mencapai 1,5 persen dari jumlah penduduk. "Inilah yang juga menjadi alasan kenapa saya mau terjun dalam spesialisasi mata ini," ungkap Yanuar.

Dari 1,5 persen yang buta itu, penderita kataraknya mencapai 0,78 persen. Hampir setengahnya bisa ditolong. Oleh sebab itu, RS Dian Harapan kemudian membangun Bagian Mata, bekerjasama dengan dokter SH Oei. Yanuar kemudian menggantikan peran dr Oei karena yang bersangkutan harus kembali ke negaranya.

Resiko Perjuangan di Pedalaman

Semua personel Bagian Mata RS Dian Harapan harus siap diterjunkan ke daerah-daerah pedalaman seperti Puncak Jaya. Mereka diterbangkan menggunakan pesawat perintis yang kerap menghadapi resiko.

"Salah satu resikonya adalah pesawat jatuh. Namun, kami harus mengambil resiko itu karena kita terlibat dalam misi kemanusiaan, yang mau tak mau harus menempuh segala resiko," kata Yanuar.

Hampir seluruh wilayah Papua telah dijelajahi Yanuar dalam misi penyebaran dan pemerataan kesehatan bagi warga Papua. Mulai Timika, Wamena, Asmat, Merauke, hingga Puncak Jaya. Biasanya mereka bekerjasama dengan RS atau Balai Pengobatan setempat.

Yanuar pertama kali terjun ke Puncak Jaya pada 2004 lalu. Dan sejak itu pula ia juga bekerjasama dengan Palang Merah Internasional (ICRC) dan Palang Merah Indonesia (PMI).

Kawasan Puncak Jaya termasuk daerah panas dan tegang. Keamanan di wilayah ini tak bisa diprediksi. Tentara Organisasi Papua Merdeka (OPM) bisa sewaktu-waktu melakukan serangan bersenjata.

Namun, Yanuar tak terlalu pusing dengan kerawanan Puncak Jaya. Baginya, apa yang ia lakukan adalah tugas mulia dan demi kebaikan. "Saya kira niat dan perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang serupa. Dan jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan, maka itu apesnya kita saja," kata dia santai sembari tertawa kecil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement