Ahad 20 Nov 2011 09:24 WIB

Pola Hidup Pengundang Katarak

dr Yanuar Ali, SpM saat memeriksa mata salah seorang peserta operasi katarak gratis yang digelar ICRC dan PMI di Distrik Mulia, Puncak Jaya, Papua.
Foto: Republika/Chairul Akhmad
dr Yanuar Ali, SpM saat memeriksa mata salah seorang peserta operasi katarak gratis yang digelar ICRC dan PMI di Distrik Mulia, Puncak Jaya, Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, PUNCAK JAYA – Distrik Mulia terletak di Kabupaten Puncak Jaya, dan bukan merupakan bagian dari Kabupaten Puncak (lokasi puncak gunung tertinggi di Indonesia, Cartenz). Maraknya penyakit katarak yang menyerang warga Puncak Jaya disebabkan oleh beberapa hal.

Menurut Ketua Panitia Operasi Katarak, Karmiani Sanggani, beberapa penyebab merebaknya penyakit katarak di Puncak Jaya antara lain faktor ketinggian, pola hidup, dan faktor usia.

Puncak Jaya merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian yang berkisar antara 1.000-3.000 meter di atas permukaan laut (DPL). Kawasan ini mendapat limpahan sinar matahari yang cukup tinggi. "Sinar ultraviolet matahari yang sedemikian tinggi ini mungkin berpengaruh terhadap penglihatan warga," ujar Karmiani.

Selain itu, kata dia, pola hidup warga yang mendiami Honai (rumah tradisional khas Papua). Honai merupakan bangunan beratap daun rumbia berbentuk lingkaran dengan atap kerucut. Honai tidak memiliki ventilasi udara, yang ada hanya pintu kecil sebagai tempat keluar masuk.

Honai adalah bangunan multifungsi. Ia bisa jadi tempat tidur sekaligus dapur. Tak jarang ada penghuni dan hewan peliharaannya menyatu di dalam Honai. "Mereka masak di dalam Honai. Otomatis asapnya tidak keluar, karena tak ada ventilasi. Diduga asap inilah yang menyebabkan gangguan pada mata penghuninya," papar Karmiani.

Perawat di RSUD Mulia ini menambahkan, selain kedua faktor di atas, faktor usia juga mendominasi penyebab katarak yang dialami warga Puncak Jaya.

Walau demikian, Dokter Spesialis Mata, dr Yanuar Ali, SpM—selaku dokter yang mengoperasi para pasien—mengatakan, belum ada survei yang membuktikan bahwa ketiga faktor di atas adalah penyebab katarak yang diderita warga Puncak Jaya. "Kita harus melakukan survei terlebih dahulu untuk membuktikan kebenaran teori-teori itu," ujarnya.

Menurut Yanuar, secara teori penyebab katarak adalah faktor usia atau degenerasi. Lensa mata yang normal itu jernih dan bening. Tak ada satu sel mata pun yang terbuang, yang paling tua adalah yang paling tengah. "Jadi, katarak tumbuh dari pinggir ke tengah. Maka dari itu, kita makin tua pasti katarak. Cuma waktunya kapan, kita tidak tahu. Ada cepat dan ada yang lambat," kata Yanuar.

Rata-rata usia manusia yang rawan terkena katarak adalah 50 tahun ke atas. Prosesnya tidak serta merta terjadi, namun secara perlahan. Lensa mata tidak otomatis langsung hitam. Tapi dari jernih ke kuning muda, kuning tua, coklat muda, coklat tua, hingga lama-lama menjadi hitam. "Yang bersangkutan tidak merasa bahwa dirinya terkena katarak," imbuh Yanuar.

Di Puncak Jaya, dr Yanuar juga menemukan penyakit katarak yang termasuk langka, yakni berwarna hitam. Padahal, biasanya katarak itu berwarna putih. Dokter lulusan Universitas Sam Ratulangi Manado ini menemukan empat orang pasien katarak dengan warna hitam.

Di Puncak Jaya, dr Yanuar juga menemukan penyakit katarak yang termasuk langka, yakni berwarna hitam. Padahal, biasanya katarak itu berwarna putih. Ada tiga atau empat orang yang katarak dengan warna hitam.

Katarak itu ada beberapa jenis, di antaranya katarak nuklear, katarak kortikal, katarak kongenital, dan Posterior Capsular. "Katarak adalah penyakit yang gampang diatasi. Bahkan pasien yang lima hingga 15 tahun tak bisa melihat, dapat disembuhkan. Dan yang bersangkutan bisa melihat kembali," kata Yanuar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement